Sebanyak 700 orang kaum
muslim maju melawan 3.000 orang dari kaum musyrikin. 50 orang pemanah
diantaranya diperintahkan Rasulullah SAW untuk tidak beranjak dari Bukit Uhud.
Lupa pada perintah Rasulullah, sebagian besar pemanah turun dari bukit Uhud
untuk mendapatkan harta rampasan perang (tatkala melihat pasukan musyrik perlahan
meninggalkan medan tempur) yang mengakibatkan pasukan Muslimin dikepung dan
kalah dengan 70 orang syahid.
Namun Allah telah
memaafkan mereka (Ali-Imran: 152)
Ustad Habib Ali Zaenal Abidin Al
Hamid dalam ceramahnya mengingatkan kita
tentang ibrah yang dapat dipetik dari kekalahan kaum muslimin dalam perang Uhud.
Beliau menyampaikan ,Jikalau seandainya dalam perang Uhud itu kaum
muslim menang saat pasukan pemanah melakukan pelanggaran, maka ini akan
bertentangan dengan matlamah agama islam, yang dimana kemenangan agama islam
tidak dapat dicapai melalui pelanggaran.
Perang Uhud jika dimenangkan kaum muslimin dengan pelanggaran, maka orang-orang
akan mengatakan islam bisa dimenangkan dengan perkara yang munkar, islam bisa
menang dengan perkara yang bathil, islam bisa Berjaya dengan pelanggaran kepada
Allah SWT, sebab walau menentang perintah Rasulullah dalam perang Uhud, kaum
muslimin menang juga.
Akan tetapi, kaum muslim kalah dalam perang Uhud berarti ini menunjukkan
bahwa islam memang tidak bisa dimenangkan dengan cara melakukan pelanggaran
kepada Allah. Buktinya, sekalipun kaum muslimin keluar hendak berperang dengan
maksud meninggikan kalimatullah tetapi melakukan pelanggaran saat berperang (dengan
tidak mematuhi perintah Rasulullah) berakibat kaum muslim menuai kekalahan.
Dengan demikian, kemenangan islam tidak boleh dicapai dengan jalan yang
bathil, tetapi harus pula dengan jalan yang hak. Tidak dibenarkan menghalalkan
segala cara untuk mencapai tujuan sekalipun tujuannya baik. Thariqoh (metode)
dan wasilah (cara) haruslah juga disandarkan kepada syari’ahnya Allah. “Al ghayah
tuqarrir al wasilah”, tujuan harus sesuai dengan wasilah/cara. Jika ingin
mencapai tujuan yang benar, harus disertai dengan cara/jalan yang benar. Tidak akan
pernah tercampur antara hak dan bahtil. Hak selamanya hak dan bathil selamanya
bathil.
Sungguh pelajaran berharga bagi kaum muslimin mengenai kekalahan mereka di
perang Uhud. Jika kita kembali pada ihsanul amal, yakni amal yang baik maka
perbatan tersebut harus memenuhi dua syarat: yaitu niat yang baik/ikhlas karena
Allah dan caranya sesuai dengan hukum syara’.
Berkaitan dengan upaya untuk mengembalikan kejayaan islam, maka penting
untuk menjadi perhatian bagi gerakan-gerakan mashalihah yang hendak membangkitkan ummat islam dari keterpurukannya
untuk menyesuaikan tujuan dan jalan mencapai tujuan itu agar sesuai dengan
perintah Allah dan RasulNya.
Dalam kitab Takattul Hizb, Saikh Taqiyuddin An-Nabhani telah menyimpulkan
sebab gagalnya gerakan-gerakan yang ada selama ini, yakni karena ketidak
jelasan tujuan dan asas pemikiran (fikrah) yang membangun gerakan tersebut dan juga tidak
memahami jalan untuk mecapai tujuannya (Thariqoh). Hal ini diperparah dengan
orang-orang yang bergerak dalam gerakan/partai/kelompok tersebut yang diikat
dengan ikatan yang bathil (seperti ikatan kesukuan, ikatan manfaat, dll) dan
mereka tidak memiliki kesadaran dan niatan yang benar.
Kemenangan islam yang sesungguhnya hanya bisa dicapai jika sebuah gerakan
memahami kedua hal penting ini. jika tidak, maka sebuah gerakan hanya akan
menjadi gerakan yang hanya sekadar pemberi harapan pada ummat tetapi pada
kenyataannya, kebangkitan ummat tak kunjung dapat direalisasi.
Kejayaan Islam berarti penerapan kembali hukum-hukum islam di muka bumi, hanya bisa diterapkan secara keseluruhan (kaaffah) oleh negara. jalan untuk melaksanakan tujuan itu haruslah sesuai dengan jalan yang dicontohkaan Rasulnya.
Upaya yang dilakukan Rasulullah untuk sampai ke tahap tatbikul islam adalah dengan jalan dakwah bil lisan kepada seluruh elemen masyarakat dan juga para pemegang kekuasaan. Tidak dibenarkan mengambil jalan lain seperti jalan masuk ke dalam sistem demokrasi yang jelas-jelas bertentangan dengan islam.
jadi, sungguh tidaklah cukup jika kita telah bergabung dengan jama'ah yang menyeru islam, tetapi kita perlu mengetahui sebab-sebab kebangkitan ummat yang sesungguhnya.
Comments
Post a Comment