Sahabat, aku ingin meminta maaf mu,
karena sosok ku tak membayangi hari-harimu yang kadang gersang,
bertahun-tahun berlalu dan menyisakan,
sepenggal nama ku dalam ingatan,
mungkin bagimu aku sama seperti manusia yang hanya singgah sebentar dalam hidupmu,
mengisi sebagian jejak waktumu,
terkhusus kala masih biru,
dan dunia yang dipenuhi mimpi-mimpi.
Sahabat, aku ingin meminta pengertianmu,
sering aku diterkam ragu,
untuk sekadar mengatakan 'hai' di wall facebookmu,
atau untuk menanyakan bagaimana kabar keluargamu kini,
entah seperti seribu alasan memagariku,
dari tersenyum di depanmu.
kita kini berbeda.
ya, seperti katamu.
tetapi kita bukan air dan api yang sukar bersatu,
kita manusia yang punya logika,
dan punya rasa untuk saling mengerti dan memaklumi,
tentang mengapa jarak kita bisa selebar ini.
sahabat, apa kabar kau kini?
terakhir kau mengatakan kau amat suka menggambar,
dan aku berpuisi.
masihkah sama?
aku masih bertean dengan sosokmu dalam kenangan,
dan kita masih sama saja seperti gadis empat belasan,
masih suka saling menyalahkan, dan memenangkan ego masing-masing,
tetapi...
kini ku harap kita mampu sejalan,
dan senyum ini benar-benar tulus,
untuk menyapa dan mendo'akan,
semoga kita dipertemukan.
dan aku sungguh merindukan,
menyapa mu dengan sebutanku yang biasa ku lontarkan,
"de, apa kabar?"
karena sosok ku tak membayangi hari-harimu yang kadang gersang,
bertahun-tahun berlalu dan menyisakan,
sepenggal nama ku dalam ingatan,
mungkin bagimu aku sama seperti manusia yang hanya singgah sebentar dalam hidupmu,
mengisi sebagian jejak waktumu,
terkhusus kala masih biru,
dan dunia yang dipenuhi mimpi-mimpi.
Sahabat, aku ingin meminta pengertianmu,
sering aku diterkam ragu,
untuk sekadar mengatakan 'hai' di wall facebookmu,
atau untuk menanyakan bagaimana kabar keluargamu kini,
entah seperti seribu alasan memagariku,
dari tersenyum di depanmu.
kita kini berbeda.
ya, seperti katamu.
tetapi kita bukan air dan api yang sukar bersatu,
kita manusia yang punya logika,
dan punya rasa untuk saling mengerti dan memaklumi,
tentang mengapa jarak kita bisa selebar ini.
sahabat, apa kabar kau kini?
terakhir kau mengatakan kau amat suka menggambar,
dan aku berpuisi.
masihkah sama?
aku masih bertean dengan sosokmu dalam kenangan,
dan kita masih sama saja seperti gadis empat belasan,
masih suka saling menyalahkan, dan memenangkan ego masing-masing,
tetapi...
kini ku harap kita mampu sejalan,
dan senyum ini benar-benar tulus,
untuk menyapa dan mendo'akan,
semoga kita dipertemukan.
dan aku sungguh merindukan,
menyapa mu dengan sebutanku yang biasa ku lontarkan,
"de, apa kabar?"
Comments
Post a Comment