Tahun 2012
saya masih mengingatnya. ketika pertama kali berjumpa dengan mu kak. waktu itu kakak menjadi MC kegiatan Seminar Guru yang bertempat di Baruga Amanagappa UNM, dan aku masih berstatus siswi kelas 3 SMA.
tutur katamu yang lembut, bak seorang MC profesional, menggiring jalannya acara dengan interaktif. sungguh, sejak itu rasa kagum ku kurasa sudah terbit, hari dimana kita bahkan belum sempat bertukar nama.
"kak, dimana ki kuliah?, jurusan apa?", tanyaku sesaat setelah acara usai. aku menghampirimu dengan beberapa temanku, dan meminta foto bersama mu.
"saya kuliah di UNM, dek. jurusan BK, Bimbingan Konseling.", katamu sambil tersenyum ramah.
dan ya, barangkali sejak saat itu akupun memutuskan kuliah di kampus yang sama.
Tahun 2015
se-mahalliyah denganmu, kak. walau beda lokasi, tentunya membuatku sering mendengarkan kabar tentangmu.
"wah, Ummu mahasiswa berprestasi, lulus dengan predikat Cum Lawd.",
ah ya! engkau akhwat yang cerdas, dan sekaligus fasih berbicara di depan panggung, membawakan materi dengan lugas, mudah dipahami dan bebahasa santun. wajar saja jika kau waktu itu bergelut menjadi reporter kegiatan bersama Markom MHTI wilayah sulsel, menjadi pendakwah, pembina dan juga penyiar radio di radio Al-Ikhwan FM.
November 2015
Maka ketika TKA MHTI mendapat tawaran mengisi rubrik ORASI (obrolan seputar islam) dari radio Profesi UNM, aku tak ragu memilihmu. tentu saja, sudah menjadi hal yang biasa suaramu mengudara di ruang dengar mahasiswa.
"menjadi mahasiswa, adalah gelar yang tak semua orang bisa memilikinya. demikian juga dengan professi-profesi yang lain. tetapi menjadi muslim adalah predikat yang telah kita sandang sejak lahir hingga mati. gelar yang kita sandang seumur hidup. lantas, mengapa dengan alasan tugas dan kewajiban akademik, mahasiswa rela meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim?"
itulah sekilas cuplikan yang bisa ku ingat dari penyampaianmu hari itu. dan sungguh, Allah itu Maha Baik karena memberikanmu kemampuan bicara sefasih itu. mampu menyentak sadarku.
selepas dari redaksi profesi, ba'da maghrib tepatnya, kaupun mengantarku ke tempat menunggu pete-pete. selama di perjalanan kita saling berbagi cerita: seperti apa kesibukanmu, bagaimana sulitnya mengontak media-media di sulsel dengan SDM yang sedikit, mengingatkanku pentingnya peranan media untuk kemajuan dakwah dan islam. singkat, namun sungguh bermakna.
Desember 2015
aku mendengar kabar yang membahagiakan. engkau, kak... akhirnya melepas masa lajang. 25 Desember 2015, di Bulukumba, tanah kelahiranmu, akhirnya engakau menikah. Barakallah...
Januari 2016
aku mendengar kabar, bahwa engkau sedang sakit, dan koma... hingga akhirnya engkau di rujuk ke RS. Plamonia Makassar. infeksi saluran kencing, dan sebagainya... begitu kabar penyakitmu yang ku dengar.
27 Januari 2016, aku baru hendak akan menjenguk dan menengok keadaanmu. tetapi aku dikejutkan dengan sebuah sms.
"innalillahi wa inna ilaihi raji'un... telah berpulang, saudari kita pejuang syari'ah dan khilafah ummu Athiyah...",
mataku menjadi basah. ada sesal... dan do'a yang hanya mampu terlisankan kini...
kami, saudarimu yang menyaksikan langsung hari-harimu, kak. kami, saudari mu, yang punya ingatan tentangmu, memutuskan ingin membersamai pengurusan jasadmu.
sekitar 5 mobil rombongan dari Makassar berangkat hari itu juga ke Bulukumba.
hari itu, aku merasa kami hanya ingin bersilaturrahmi ke rumahmu, mengunjungi tanah kelahiranmu, menyapamu...
hingga tiba ba'da ashar, kami mendapati bahwa jasadmu telah dikebumikan. dan kami hanya bisa mengucap belasungkawa ke kerabat dekatmu. tersenyum pada adik-adikmu.
kau tahu, kak. sore itu kami mengunjungi 'rumah'mu yang terakhir.
jika kau bisa melihatnya, kami berjalan rombongan menuju 'rumah'mu, seperti saat kita berjalan melawan terik saat masyiroh. barisan yang panjang.
'rumah' terakhirmu itu masih basah, tanah merah yang masih dipenuhi bebungaan dan sebuah nisan yang memuat nama dan tanggal hidupmu di dunia ini.
kami semua termenung menatapnya. tak kuasa membendung air mata.
lihatlah, kak.. kami yang selalu membersamai mu saat masa-masa perjuangan di kampus. kau yang mengajarkan kami arti militansi dan tak menjadikan penyakit sebagai penghalang gerak dakwah.
kini, kau yang terlebih dahulu meninggalkan kami...
sayonara, kak ummu...
sampai ketemu lagi.
sayonara, kak ummu...
semoga Allah berikanmu sebaik-baik tempat kembali.
dakwah yang menjadi aktivitas mu sehari-hari, akan kami emban,
dan menjadikanmu sebagai contoh.
bahwa cita tertinggi adaah menjadi syahidah, atau mati di atas jalan dakwah
ini bukan akhir, bukan?
kelak kamipun akan menyusulmu.
sayonara kak ummu...
dunia masih akan kami tempati untuk sementara waktu,
aku berdo'a moga kita dipertemukan kembali di JannahNya.
sayonara...
Bulukumba, 27 Januari 2016. sekitar pukul 16.30 sore.
saya masih mengingatnya. ketika pertama kali berjumpa dengan mu kak. waktu itu kakak menjadi MC kegiatan Seminar Guru yang bertempat di Baruga Amanagappa UNM, dan aku masih berstatus siswi kelas 3 SMA.
tutur katamu yang lembut, bak seorang MC profesional, menggiring jalannya acara dengan interaktif. sungguh, sejak itu rasa kagum ku kurasa sudah terbit, hari dimana kita bahkan belum sempat bertukar nama.
"kak, dimana ki kuliah?, jurusan apa?", tanyaku sesaat setelah acara usai. aku menghampirimu dengan beberapa temanku, dan meminta foto bersama mu.
"saya kuliah di UNM, dek. jurusan BK, Bimbingan Konseling.", katamu sambil tersenyum ramah.
dan ya, barangkali sejak saat itu akupun memutuskan kuliah di kampus yang sama.
Tahun 2015
se-mahalliyah denganmu, kak. walau beda lokasi, tentunya membuatku sering mendengarkan kabar tentangmu.
"wah, Ummu mahasiswa berprestasi, lulus dengan predikat Cum Lawd.",
ah ya! engkau akhwat yang cerdas, dan sekaligus fasih berbicara di depan panggung, membawakan materi dengan lugas, mudah dipahami dan bebahasa santun. wajar saja jika kau waktu itu bergelut menjadi reporter kegiatan bersama Markom MHTI wilayah sulsel, menjadi pendakwah, pembina dan juga penyiar radio di radio Al-Ikhwan FM.
November 2015
Maka ketika TKA MHTI mendapat tawaran mengisi rubrik ORASI (obrolan seputar islam) dari radio Profesi UNM, aku tak ragu memilihmu. tentu saja, sudah menjadi hal yang biasa suaramu mengudara di ruang dengar mahasiswa.
"menjadi mahasiswa, adalah gelar yang tak semua orang bisa memilikinya. demikian juga dengan professi-profesi yang lain. tetapi menjadi muslim adalah predikat yang telah kita sandang sejak lahir hingga mati. gelar yang kita sandang seumur hidup. lantas, mengapa dengan alasan tugas dan kewajiban akademik, mahasiswa rela meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim?"
itulah sekilas cuplikan yang bisa ku ingat dari penyampaianmu hari itu. dan sungguh, Allah itu Maha Baik karena memberikanmu kemampuan bicara sefasih itu. mampu menyentak sadarku.
selepas dari redaksi profesi, ba'da maghrib tepatnya, kaupun mengantarku ke tempat menunggu pete-pete. selama di perjalanan kita saling berbagi cerita: seperti apa kesibukanmu, bagaimana sulitnya mengontak media-media di sulsel dengan SDM yang sedikit, mengingatkanku pentingnya peranan media untuk kemajuan dakwah dan islam. singkat, namun sungguh bermakna.
Desember 2015
aku mendengar kabar yang membahagiakan. engkau, kak... akhirnya melepas masa lajang. 25 Desember 2015, di Bulukumba, tanah kelahiranmu, akhirnya engakau menikah. Barakallah...
Januari 2016
aku mendengar kabar, bahwa engkau sedang sakit, dan koma... hingga akhirnya engkau di rujuk ke RS. Plamonia Makassar. infeksi saluran kencing, dan sebagainya... begitu kabar penyakitmu yang ku dengar.
27 Januari 2016, aku baru hendak akan menjenguk dan menengok keadaanmu. tetapi aku dikejutkan dengan sebuah sms.
"innalillahi wa inna ilaihi raji'un... telah berpulang, saudari kita pejuang syari'ah dan khilafah ummu Athiyah...",
mataku menjadi basah. ada sesal... dan do'a yang hanya mampu terlisankan kini...
kami, saudarimu yang menyaksikan langsung hari-harimu, kak. kami, saudari mu, yang punya ingatan tentangmu, memutuskan ingin membersamai pengurusan jasadmu.
sekitar 5 mobil rombongan dari Makassar berangkat hari itu juga ke Bulukumba.
hari itu, aku merasa kami hanya ingin bersilaturrahmi ke rumahmu, mengunjungi tanah kelahiranmu, menyapamu...
hingga tiba ba'da ashar, kami mendapati bahwa jasadmu telah dikebumikan. dan kami hanya bisa mengucap belasungkawa ke kerabat dekatmu. tersenyum pada adik-adikmu.
kau tahu, kak. sore itu kami mengunjungi 'rumah'mu yang terakhir.
jika kau bisa melihatnya, kami berjalan rombongan menuju 'rumah'mu, seperti saat kita berjalan melawan terik saat masyiroh. barisan yang panjang.
'rumah' terakhirmu itu masih basah, tanah merah yang masih dipenuhi bebungaan dan sebuah nisan yang memuat nama dan tanggal hidupmu di dunia ini.
kami semua termenung menatapnya. tak kuasa membendung air mata.
lihatlah, kak.. kami yang selalu membersamai mu saat masa-masa perjuangan di kampus. kau yang mengajarkan kami arti militansi dan tak menjadikan penyakit sebagai penghalang gerak dakwah.
kini, kau yang terlebih dahulu meninggalkan kami...
foto diambil dari akun google+ beliau. aTIRa al atheeyah. |
sayonara, kak ummu...
sampai ketemu lagi.
sayonara, kak ummu...
semoga Allah berikanmu sebaik-baik tempat kembali.
dakwah yang menjadi aktivitas mu sehari-hari, akan kami emban,
dan menjadikanmu sebagai contoh.
bahwa cita tertinggi adaah menjadi syahidah, atau mati di atas jalan dakwah
ini bukan akhir, bukan?
kelak kamipun akan menyusulmu.
sayonara kak ummu...
dunia masih akan kami tempati untuk sementara waktu,
aku berdo'a moga kita dipertemukan kembali di JannahNya.
sayonara...
Bulukumba, 27 Januari 2016. sekitar pukul 16.30 sore.
Comments
Post a Comment