Harap-harap cemas aku menunggu hadirmu,
bisakah?
bisakah kita bertemu kembali, seperti waktu itu?
kala hadirmu adalah pelangi bahkan di saat tidurku,
kala hadirmu membawa warna baru bagi tempat yang penuh dengan kepalsuan,
warna takwa yang berbeda dari bulan-bulan biasanya.
mungkin kah sampai usiaku?
setia menanti hadirmu,
adakah kau tahu jauh di lubuk hatiku,
aku merindu,
merindu saat lantunan kalamullah tak kenal waktu,
menggema di seantero jalan tempat kakiku melangkah,
merindu saat orang-orang taat kepada Sang Kuasa,
walau di bulan biasa mereka lalai,
aku merindu pada siang yang tak sunyi dari dzikir,
aku merindu nuansa iman bahkan pada TV yang mengumbar syahwat,
aku merindu pada saat manusia giat mengingat akhirat,
aku merindu saat mereka tak mengeluh bahkan saat rakaat shalat sunnah,
berbilang delapan atau dua puluh,
saat pesantren di sekolah umum pun di gelar,
saat artis pun memakai kerudung,
saat khattam Qur'an menjadi rutinitas,
aku merindukanmu...
terlebih imanku yang bosan,
hidup di negara pembangkang titah Tuhan,
tetapi saat engkau tiba,
dunia seakan lupa.
karena hadirmu begitu mendalam di hati setiap insan.
hadir mu adalah saat pengampunan, dan pengharapan.
aku ingin menjumpaimu,
merasakan 'nuansa' mu bahkan setelah engkau berlalu,
aku ingin seluruh alam mengagungkan Kuasa Tuhan,
di sebelas bulan selain mu,
aku ingin Qur'an tak sekadar di baca dan di hapal,
tetapi juga diamalkan, dalam seluruh sendi kehidupan.
Wahai Ramadlan,
aku menyambut hadir mu dengan suka cita,
aku bersedih atas pergi mu...
Ramadlan, bulan saat do'a-do'a dikabulkan,
wahai manusia, berdo'alah semua,
semoga ini Ramadlan Terakhir tanpa pengamalan Syari'ah secara Kaffah,
semoga ini Ramadlan terakhir tanpa KHILAFAH.
bisakah?
bisakah kita bertemu kembali, seperti waktu itu?
kala hadirmu adalah pelangi bahkan di saat tidurku,
kala hadirmu membawa warna baru bagi tempat yang penuh dengan kepalsuan,
warna takwa yang berbeda dari bulan-bulan biasanya.
mungkin kah sampai usiaku?
setia menanti hadirmu,
adakah kau tahu jauh di lubuk hatiku,
aku merindu,
merindu saat lantunan kalamullah tak kenal waktu,
menggema di seantero jalan tempat kakiku melangkah,
merindu saat orang-orang taat kepada Sang Kuasa,
walau di bulan biasa mereka lalai,
aku merindu pada siang yang tak sunyi dari dzikir,
aku merindu nuansa iman bahkan pada TV yang mengumbar syahwat,
aku merindu pada saat manusia giat mengingat akhirat,
aku merindu saat mereka tak mengeluh bahkan saat rakaat shalat sunnah,
berbilang delapan atau dua puluh,
saat pesantren di sekolah umum pun di gelar,
saat artis pun memakai kerudung,
saat khattam Qur'an menjadi rutinitas,
aku merindukanmu...
terlebih imanku yang bosan,
hidup di negara pembangkang titah Tuhan,
tetapi saat engkau tiba,
dunia seakan lupa.
karena hadirmu begitu mendalam di hati setiap insan.
hadir mu adalah saat pengampunan, dan pengharapan.
aku ingin menjumpaimu,
merasakan 'nuansa' mu bahkan setelah engkau berlalu,
aku ingin seluruh alam mengagungkan Kuasa Tuhan,
di sebelas bulan selain mu,
aku ingin Qur'an tak sekadar di baca dan di hapal,
tetapi juga diamalkan, dalam seluruh sendi kehidupan.
Wahai Ramadlan,
aku menyambut hadir mu dengan suka cita,
aku bersedih atas pergi mu...
Ramadlan, bulan saat do'a-do'a dikabulkan,
wahai manusia, berdo'alah semua,
semoga ini Ramadlan Terakhir tanpa pengamalan Syari'ah secara Kaffah,
semoga ini Ramadlan terakhir tanpa KHILAFAH.
Comments
Post a Comment