Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Saya Paham perasaan itu

Saya paham perasaan apa itu. Perasaan yang menyebabkan Amrozi dan kawan-kawannya melemparkan peledak ke tengah orang-orang maksiat di Bali. Perasaan yang sama yang menyebabkan FPI tak tahan untuk segera bertindak menutup lokalisasi, gang-gank maksiat, dan mencegah munkar. Perasaan para pemuda muslim Belanda, Jerman, dari berbagai penjuru mengutus diri mereka sendiri menuju lapangan jihad di Palestina dan Suriah. Perasaan yang menuntun langkah para pemuda Indonesia mengadakan seminar-seminar yang menggelorakan langkah perubahan fundamental. Perasaan itu adalah perasaan ingin mengubah. Perasaan yang sudah muak dengan kekejian dan kemunafikan dunia. Marah, jijik, kecewa, berontak,... Perasaan itu hadir tatkala matamu sudah merah melihat mayat-mayat bergelimpangan di Gaza, Rafah, Suriah, Myanmar, China.... manusia-manusia yang meninggal hanya karena megakui bahwa tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah dan pengakuan bahwa Muhammad adalah Rasulullah dan Na

berdiri di podium Dunia

Aku ingin berdiri di podium dunia, Berbicara lantang, mengalahkan rasa takutku yang besar, Aku ingin berdiri di podium dunia, Meneriaki kebenaran, mempecundangi rasa was-wasku Aku ingin menangis sekras-kerasnya, agar dunia tahu, Betapa kebenaran ini menyesakkan kerongkonganku, Aku ingin mereka mendengar apa yang ku anggap benar, Aku ingin mereka paham sebagaimana pahamnya aku, Aku ingin mereka marah sebagimana marahnya aku, Aku ingin mereka tergerak sebagaimana tergeraknya aku. Maafkan aku jika belum terdengar suaraku, Aku masih bergelut dengan rasa takutku yang besar, Aku ingin teriak, aku ingin bicara lantang, Aku ingin mengatakan kebenaran dan tak perlu sedikitpun minder karenanya. Sebab bukan saatnya untuk diam di masa sekarang! Bicaralah sebanyak-banyaknya, Menulislah sepanjang-panjangnya. Sulutkan api revolusi, Kobarkan panas pembebasan, Maju, bergerak, bicara, teriak, “kita butuh revolusi islam”

lagi, tentang rindu

rindu menenggak habis semua diskusi, melumpuhkan semua ilusi, bahkan gapai-gapai wajah yang kerap tergambar dalam ingatan, semua lebur ketika rindu angkat suara rindu datang kala waktu sedang tak kompromi, rindu datang dan tak mau memberi ruang kosong untuk setetes saja air mata, rindu datang ketika kepala sudah lelah tegak, rindu datang ketika jiwa tak sanggup mengelak mengapa kau datang tanpa kuundang, rindu? aku pun tak punya kuasa melarang waktu berlalu agar abadi kita di jeda tak ada rindu. rindu memupuk takwa dalam derai-derai air mata mengadu kepadaNya, aku tahu beberapa rindu, aku juga perindu, tapi semoga bisik lirihku pada malam sunyi, mengantarkan wajahku pada sosok yang dirindu. rindu, tak mengapa kau datang lagi padaku, lain kali jika kita bertemu, kan kusampaikan bahwa aku sedang rindu, agar mereka yang kurindu tak melupakanku, agar mereka pun rindu pada ku...

Lupa baka

Kamu berdiri di undakan tertinggi Tempat semua mata hanya bisa menoleh ke atas Dan merasa iri dengan siapa saja yang bertahtakan emas Banggamu setimpal usahamu Setelah seribu tangga yang berat Setelah seribu terjal menghempas Berkali-kali jatuh,  berkali-kali pula bangkit Dunia digenggam mu Setelah kerja keras semua terbayar lunas Mudah dunia takhluk di hadapmu Memuja semua yang punya kuasa Mengiba pada uang yang meraja Dan kau adalah pawangnya Lupa bahwa segalanya hanya sementara Tertinggal dibelakang setelah nyawa mengembara Ke alam baka Makassar, 19 mei 2014

Mr. Black

Cukup sering saya mendengar cerita dari teman-teman  perempuan  saya  di  kampus  tentang  sosok  manusia yang menerorkan rasa was- was bagi kaum hawa ini.  Kami beri ia julukan Mr.Black, sebab kami tidak tahu siapa nama aslinya (dan jika kami telah tahu nama aslinya maka ia sudah pasti kami laporkan ke penegak hukum) dan tindakan hitamnya itu yang membuat kami harus menghindar sebisa mungkin darinya.  Belakangan cerita mengkhwatirkan tentang Mr.Black ini cukup sering saya dengar terutama dari pengguna setia Lotus teknik yang menghubungkan kampus UNM Parangtambung dengan kompleks PU Mallengkeri. Mr.Black, dari cerita-cerita yang saya dengar merupakan bapak-bapak, berbadan cukup besar, mengenakan sepeda motor metic, berpakaian rapi ,berkulit gelap serta yang membuat kami mewaspadainya ialah sikapnya yang menjurus kepada pelecehan seksual.  Taman saya berinisial N kuliah di FBS mengisahkan pengalamannya yang tak mengenakkan saat bertemu dengan Mr.Black. Si N ini awalnya tak mena

Durian dan Kura-kura

Orang bilang mereka kembar. Tetapi sejak pertama kali aku mengenal mereka aku tahu, mereka kembar yang berbeda. Wajah mereka, sikap mereka terutama gaya mereka. Hanya  satu kesamaan yang ku tahu, mereka adalah sahabatku; sahabat kecilku. Keluarga ku pindah dari Ngalian, Jawa Tengah ke rumah nenek di ujungpandang. Persis di depan rumahku ada anak yang seusia denganku, mereka si kembar, ku sebut mereka Durian dan Kura-kura dan seorang adik kecil mereka yang juga seumuran dengan adikku. Sejak usiaku 4 tahun kala itu hingga masuk SD, teman terdekatku hanya mereka berdua. Si Durian dan Kura-kura. Kami main bersama dari pagi hingga petang, dari main masak-masakan, pukul-pukulan, hingga kejar-kejaran. Ketika orang tuaku pergi maka mereka berdualah yang menemani kami main  di rumah. Sebaliknya juga berlaku, jika orang tua mereka pergi kami akan main di rumah mereka. Orang-orang bahkan menyebut kami si 4 bersaudara saking selalunya bersama; aku, adikku, durian dan kura-kura. Suatu h

Mengusik sepi

Maaf kuusik kau sepagi ini ,sepi Aku tak mau sepotong inspirasiku lenyap dan pergi lagi Menanggalkan sesal  yang tak bisa terulang kembali Maaf kuusik tenangmu ,sepi Aku sudah lama berkawan denganmu dalam sebuah bilik tak bernama Ku perturut kau dalam waktu tanpa jeda Tapi biarkan kali ini dan seterusnya aku mengenal bising Walau tak semerdu bunyi rintik Aku janji takkan gaduhku mengundang umpat Aku masih akan menengokmu nanti, Tak kan hanya sesekali Sebab aku ingin dalam sepi  Atau dalam gaduh ku yang ramai Selalu kan ada muhasabah, Selalu kan ada bibit yang tersemai, Yang nantinya kan kupetik dan kulerai Jerih hidup di dunia kelak, Di kampung kedamaian. Makassar, dini hari, 16 mei 2014

Kapan Kembalimu

Khilafah, nyaris seabad kita tak bertemu, aku rindu... Dengan izin Allah pergimu, dan dengan izinNya pula kan kembali segera, kami tahu... Dan kami sudah terlalu rindu untuk bertemu... Sangat rindu... Hadirmu yang ditunggu-tunggu Dari waktu ke waktu, seiring lenyapnya jejakmu Banyak yang menyangsikan kembalimu, Seperti mimpi bayangmu... Utopis bagi sebagian mereka berkata Tetapi iman kami mengadu, Hadirmu adalah seperti mentari yang usir gulita Khilafah, kapan kah kau tegak kembali? Nyaris kering air mata kami, Nyaris luruh darah kami, Nyaris tak berbekas aqidah kami Apakah kau tunggu hingga layak pejuang-pejuang Agama ini? Mungkin banyak dari kami yang tak sadar diri, Termasuk juga aku Mungkin banyak diantara kami tak layakkan diri Tuk jadi pengusung tegakmu Karena itukah tak kunjung kembali dirimu? Khilafah, kami rindu ingin bertemu... Mungkinkah masih berdenyut jantung kami Saat tiba masa itu Yang kami tahu,  Kami t

Bersama LDK Fosdik Al-Umdah UNM

saya tahu gambar-gambar ini suatu hari akan dikenang terkhusus oleh mahasiswa UNM yang tergabung dalam LDK Fosdik Al Umdah UNM (afwan, kalau teman2 fosdik merasa ada yg tidak syar'ie dari blog ini, tegur saja saya)

Motivasi Menulis

Menulis. Ah ya! Baru lagi saya biarkan jemari saya menari di atas tuts-tuts keyboard. Ingatan saya mencatat hari ini adalah malam ke 21 Ramadlan di usia saya yang telah genap 20 tahun Mei kemarin. Saya juga kembali mengingatkan diri saya bahwa tinggal 2 tahun lagi masa saya kuliah di kampus UNM jurusan matematika. Kenapa saya harus mengingatkan diri saya, ya... Karena harapan kedua orang tua saya dan bude saya yang telah membiayai kuliah saya adalah agar saya bisa lulus tepat waktu (yang dimana menurut mereka waktu kuliah ideal adalah 4 tahun). Do ’akan saya agar saya bisa memenuhi harapan mereka dan memenuhi harapan saya juga. Amiin. Apa yang meniatkan saya hingga saya kembali mengetik malam ini? Yah.. Sebenarnya dari kemarin-kemarin saya ingin menuangkan ide-ide saya dalam tulisan. Tetapi baru kali ini saya sempat menyapa laptop ini. Tak apalah. Sejak SMP kelas 1, ingatan saya membenarkan, waktu dimana saya mulai senang menulis. Tepatnya ketika saya diberi tugas oleh guru SMP

Sepotong Episode

“ Sebuah kisah masa lalu hadir di benakku, Saat kulihat surau itu, menyibak lembaran masa, Yang indah bersama sahabatku ” Kau tahu, suatu kesyukuran besar dalam hidupku adalah kala aku diperkenalkan dengan agamaku yang sempurna, melalui lisan seorang teman yang senang mengenakan pakaian daster yang kini ku ketahui sebagai Jilbab, pakaian syar;i muslimah.  Dan saat hari sabtu disela kosongnya hari ekskul, aku duduk dalam sebuah majlis ilmu bersama tenri teman kelasku, memperhatikan lisan isra ’ bertutur tentang aqidah islam. Tiga SMP ku catatat masa itu, perkenalan pertamaku dengan islam yang kaffah, disudut kelas yang lengang. “ Sepotong episod masa laluku, Episod sejarah yang membuatku kini Merasakan bahagia dalam diin mu,Merubah arahan langkah di hidupku ” Tersadar pikirku, melalui ketukan pelan dalam tiap halqoh ke halqoh. Hingga jilbab pertama yang kukenakan ,pemberian seorang akhwat, membuatku kian merasa mantap. Dan aku merasa kuat bersama dengan saudari-saudari

Matahari Terbit

“ Aku melihat diriku disetiap diri kalian ” ... Dia wanita yang sederhana kawan... Dengan selembar kerudung segitiga yang menjulur panjang Potongan biasa Sebuah tas samping yang melingkar di bahunya.... Tatapan teduh, Dan senyum simpul yang mendamaikan qalbu Dalam ingatanku yang tak bagus... Setidaknya itulah kali pertama aku bertemu wanita itu Disudut kecil sebuah masjid yang berdebu Beliau menyambutku dengan anggun “assalamu’alaykum”, sapanya Ia tersenyum hangat Hangat sekali... Dan ah ya, kurasa aku sudah jatuh hati ditegur pertama, Bahkan sebelum bertukar nama Hari itu ia berpakaian putih dan aku hijau, Aku duduk manis dengan sikap dibuat-buat lugu, Beliau mulai berbicara Aku menjadi pendengar yang sangat tenang. Sejak saat itu,  Aku mungkin diam-diam amat mengagumi kepribadiannya, keluasan wawasannya, keterampilannya mengambil hati, kesederhanaan budi, tuturnya yang amat santun, hatinya yang amat lembut. Dulunya aku selalu in