“Aku melihat diriku disetiap diri kalian”
...
Dia wanita yang sederhana kawan...
Dengan selembar kerudung segitiga yang menjulur panjang
Potongan biasa
Sebuah tas samping yang melingkar di bahunya....
Tatapan teduh,
Dan senyum simpul yang mendamaikan qalbu
Dalam ingatanku yang tak bagus...
Setidaknya itulah kali pertama aku bertemu wanita itu
Disudut kecil sebuah masjid yang berdebu
Beliau menyambutku dengan anggun
“assalamu’alaykum”, sapanya
Ia tersenyum hangat
Hangat sekali...
Dan ah ya, kurasa aku sudah jatuh hati ditegur pertama,
Bahkan sebelum bertukar nama
Hari itu ia berpakaian putih dan aku hijau,
Aku duduk manis dengan sikap dibuat-buat lugu,
Beliau mulai berbicara
Aku menjadi pendengar yang sangat tenang.
Sejak saat itu,
Aku mungkin diam-diam amat mengagumi kepribadiannya, keluasan wawasannya, keterampilannya mengambil hati, kesederhanaan budi, tuturnya yang amat santun, hatinya yang amat lembut.
Dulunya aku selalu ingin sepertinya
Bagiku mungkin demikianlah gambaran seorang muslimah yang sebenarnya
Aku banyak belajar hal-hal yang selalu luput dari bingkai pemikiran yang kupegang bertahun-tahun,
Banyak sisi-sisi diriku yang terbuka sejak saat itu,
Aku menyebutnya ‘Matahari Terbit’...
Tahukah engkau kawan...
Diantara sekian banyak nikmat & anugerahNya yang berdatangan kepadaku...
Beliau adalah Berkah lain yang sungguh amat ku syukuri
Sang Penggenggam hidup itu memang Maha baik kawan...
Sungguh-sungguh hebat,
Dan itulah mengapa sekali lagi aku menyebutnya,
‘Matahari Terbit’...
...
“aku melihat diriku di dalam setiap diri kalian”
Air mataku akan menetes setiap mengulang kalimat sederhana itu.
“benarkah? Benarkah ada dirimu dalam diriku kakak?”
Aku bahkan sering merasa jauh, hingga detik ini aku masih selalu malu-malu...
....
Dia wanita yang sangat sederhana kawan....
Kesederhanaan yang selalu melahirkan keseganan
Kesederhanaan yang mewariskan kami kerekatan hati yang tak bisa diwakilkan oleh kata yang pernah kubaca dan kutuliskan.
Kesederhanaan yang tak membuuat kami menjadi orang lain,
Hanya diri kamii sendiri dengan adanya kami
...
Engkau ataupun kami
Takkan pernah bisa menakar besar keikhlasannya selama ini,
Mengukur panjangnya jalan pengorbanan yang harus ia tempuh,
Atau baik itu dalamnya rasa sakit yang selalu ia terima dari keusilan kami,
Dari pembantahan-pembantahan,
Keburukan laku yang seringkali kami tak sadar
Dan aku belajar banyak hal dari itu semua,
Membaca isyarat mata,
Mengangkap siratan kata...
Karena aku jarang menjumpai sosok menusia dengan kesantunan tegur yang dalam namun tak sudi melukai jiwa.
Mengesankan...
Nah, itulah dia.
...
“akhwat itu kadang mesti cool, kalem dan sangar” katanya
Nasehat itu yang paling utama memang buat diriku...
Wanita yang sulit memegang tongkat ketegasan
Itulah aku.
Satidaknya diantara lingkaran kecil kami, atau itu antara aku dan 3 orang sahaabatku. Akulah yang benar-benar mesti sering ditepuk.
Maklum... Untuk semua jenis manusia tanpa terbedakan, aku terlalu lembek
Itulah titik mula istilah beliau itu kemudian sempat menjadi ‘trend’
Sudah kukatakan. Beliau itu ‘keren’
...
3 tahun berjalan...
Kata seorang sahabat, “halaqoh tuh belum halaqoh kalau belum pernah mampir dilingkaran tetangga. Loncat ke kerumunan yang berbeda”
Ya, akan jadi sedikit menyedihkan memang, jika itu untukku,
Yang tak pernah kena mutasi, hingga sebesar ini.
....
Sore ini akan berlangsung warna merah muda
Di saat jabat itu lepas...
Entah musim apa yang tiba
Mungkin ini moment yang paling akan ku rindu
Untuk wajah-wajah yang biasa mengitariku
Terkhusus seseorang, Ya. Dia
Yang mendidikku saat semua masih berangka merah.
Tahun-tahun belakangan ini sangat berat & indah
Tetapi kita tetaplah saudara.
Kau benar, kak
...
Seperti yang sering kau ucap...
“lingkaran kita hanya melebar,
Tidak terbongkar”
...
Hinggapun matahari tak terbit lagi
Di hari-hari depan...
Engkau telah terbitkan kamii
Menjadi matahari sunyi
Di langit peradaban...
Dan sinar yang kau wariskan sebelumnya
Akan kami teruskan
Kepada segenap penduduk dunia
Engkau tak pernah habis
Meski jasadmu tak lagi disini
Engkau indah dalam taqwa
Engkau segar dalam dakwah,
Engkau abadi...
Di hati...
Kami...
...
Jazakumullah khairan katsiran kepada wanita-wanita yang pernah menjadi musyrifahku.
Mengutip catatan
Azure Azalea
Comments
Post a Comment