Saat ini
mata dunia sedang memandang nanar ke arahmu, Allepo, Suriah.
Kami
berduka besar dan geram atas bencana penjajahan yang menimpamu. Kami menghardik
diri kami sendiri yang tak berdaya dan tak bisa melakukan banyak hal untuk
menyudahi penderitaanmu yang tak terperi. Dan kami bergidik ngeri atas
do’a-do’a yang kalian panjatkan setiap hari, sementara kami bukannya tak
mendengar panggilan-panggilan yang kalian tujukan kepada kami, “dimana kalian
wahai kaum muslim, dimana kalian wahai kaum muslim.”, kami bahkan tak sanggup
mendengar teriakan kalian.
Tulisan ini
bukanlah pembelaan yang kami maksudkan atas diam dan tak berdayanya kami.
Sungguh,
bahkan kami kini membayangkan raga kami bisa turut berdiri berada di barisan
yang sama dengan kalian, turut mengorbankan jiwa kami untuk membela darah kaum
muslimin.
Ketahuilah
saudaraku, kami bahkan merasa bersalah dapat hidup dan tinggal dengan
nyamannya, bisa makan hingga kenyang dan bisa tidur dengan nikmat bahkan
seringkali terlalai dengan kenikmatan dunia. Kami merasa bersalah karena di
saat yang bersamaan kalian hidup dalam kondisi mengerikan, terancam nyawa
kalian, dan rudal-rudal tak berhenti berjatuhan di atas kepala kalian. Dan kami
masih diam tak bergerak sedikitpun, hanya mampu menengadahkan kedua tangan,
berharap agar Allah menolong dan memenangkan kalian segera.
Maafkan
kami yang tak bisa segera mengirimkan raga kami untuk membantu kalian.
Bertahun-tahun kita kaum muslimin berada dalam masalah yang sama, kami tak
berdaya menolong kalian yang ada di Suriah, sama tak berdayanya kami menolong
saudara-saudara kami yang ada di Palestina, Rohingya, Irak, dan wilayah lain di
belahan bumi yang berbeda.
Sungguh,
telah tiba masa dimana kita benar-benar ibarat buih di lautan, seperti yang
diprediksi oleh Rasulullah SAW 14 abad silam. Jumlah kita 1,6 miliyar di muka
bumi ini, tetapi kita tak memiliki bala tentara atas nama kaum muslim, kita
tidak memiliki satu penguasa kaum muslim, kita tidak memiliki kekuatan atas
nama kaum muslimin. Yang ada saat ini hanyalah muslim yang berprofesi sebagai
tentara dan panjaga keamanan, tetapi sejatinya mereka tidak bergerak atas
kepentingan islam dan kaum muslim, mereka bahkan bergerak atas dorongan
nasionalisme yang semu. Kita dipimpin oleh presiden atau raja atau sultan
tetapi mereka bukanlah ulil amri atau seorang pemimpin yang dibaiat oleh kaum
muslimin untuk menjalankan hukum-hukum Allah. Yang ada mereka memimpin kaum
muslim dengan hukum-hukum buatan manusia dan lebih sering memihak kepentingan
kafir penjajah dibandingkan kepentingan kaum muslimin.
Rasul SAW
memang telah meninggalkan kita 14 abad yang lalu, tetapi beliau meninggalkan
kita dua perkara, yang apabila kita berpegang teguh kepadanya kita tidak akan
tersesat selama-lamanya: Al-Qur’an dan Sunnahnya. Syari’at Islam telah mengatur
dan menetapkan wajibnya kita dipimpin oleh satu pemimpin yang mengurusi kaum
muslim (khalifah) dan wajibnya kita disatukan oleh satu kepemimpinan yaitu
kepemimpinan islam (khilafah).
Hadis
riwayat Abu Hurairah رضي الله عنه: ia
berkata: Dari Nabi صلی الله عليه وسلم beliau bersabda: Sesungguhnyalah
seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta
berlindung dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla
serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah
dengan selainnya, maka ia akan mendapatkan akibatnya. (HR.Muslim)
Jangan
berpikiran sempit, bahwa kepemimpinan islam ini hanya memihak kaum muslim saja
dan yang non muslim akan tersisih, sungguh, orang yang mengatakan demikian
betul-betul buta sejarah. Kepemimpinan islam (bisa kita sebut kekhilafahan)
tidak hanya diperuntukan untuk muslim saja, melainkan untuk seluruh umat
manusia tanpa membedakan agama, ras, bangsa, kedudukan, dsb. Islam adalah
system kehidupan yang ketika diterapkan dapat mendatangkan Rahmat bagi seluruh
alam. dan hal ini telah tercatat dalam sejarah kegemilangan peradaban islam.
Islam
mustahil diterapkan? Khilafah utopis? Mimpi syari’at islam bisa diterapkan
secara keseluruhan? Bukan jamannya lagi aturan islam yang dipakai? Ah, dan ada
seabrek keragu-raguan lain yang mungkin terbersit dibenak kita tentang ide ini.
Bukankah kita telah beriman kepada Allah dan RasulNya dan kitapun membenarkan
apa yang datang dari Al-Qur’an dan hadits?
Bukan Allah
memberikan syari’atNya kepada kita untuk diterapkan? Jika jawabannya ya berarti
sesungguhnya penerapan islam dalam kehidupan bukan hal yang mustahil dan
utopis. Sulit? Ya, sulit menerapkannya memang boleh jadi tetapi apa mau dikata,
ini kewajiban kita sebagai ummat islam.
Maka saya
mengambil jalan memperjuangkan khilafah sebagai solusi untuk Suriah, Palestina,
dan negeri-negeri muslim terjajah lainnya. Sebab yang menjadi akar masalah Suriah
datang dari negara penjajah, maka solusinya juga datang dari perlawanan sebuah
negara. Bagaimana cara memperjuangkannya? Jawabnya adalah dengan Dakwah. sebab
Rasulullah bersabda Dari Abu Sa’id Al Khudri ra : ‘Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa melihat
kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah
dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya, dan hal
tersebut adalah selemah-lemahnya iman” (HR. Muslim)
Apa yang
terjadi di Suriah adalah kemungkaran besar, kewajiban tidak diterapkan adalah
juga kemungkaran, maka cegahlah dan hilangkanlah kemungkaran itu, dengan
mengajak orang lain memikirrkan solusi tentang mereka yang datangnya dari
islam, kita ajak orang lain juga agar bersepakat dengan ide syari’at dan
khilafah ini. kita menggalang kemauan dan niatan yang sama, lalu ketika umat
sudah bersepakat dan terdorong menerapkan kewajiban khilafah ini dan kitapun
mengganti aturan (sistem) kehidupan demokrasi dengan islam.
Comments
Post a Comment