Kita kumpulan dua tiga
lebih manusia
Dari jenis keturunan
yang sama,
Memayung dalam satu
silsilah bernama keluarga,
Dalam rasa yang sama.
Kita adalah rumah bagi
satu dan yang lainnya,
Dengan atap yang sering
bocor yang bising saat angin ribut melanda,
Dengan lumut di sekitar
dindingnya,
Karat di pagar besinya,
Tetapi selalu saja ke
sana tempat kita pulang.
Kita adalah
manusia-manusia yang saling tahu,
Tahu benar burukku apa,
Tahu benar baikmu tak
seberapa,
Tetapi kita memang
menerima apa adanya,
Kurang dan alphanya
kita.
Kita adalah telaga bagi
satu dan lainnya,
Tempat air mata biasa
bermuara,
Tempat segala do’a
mengena,
Tempatnya pengorbanan
ada,
Pengorbanan abah…
Pengorbanan umi…
Pengorbanan kita,
Untuk bisa mengukir
senyum dan meringankan beban sesama.
Kau tahu,
Kita pun akan menambah
bilangan keluarga,
Aku kan jadi ibu,
Ibu kan jadi nenek,
Ayah kan jadi kakek,
Tetapi kita takkan
lupa,
Bahwa kita bersama
untuk menyulam luka,
Dan merajut bahagia,
Meski dengan teramat sederhana.*ketika membuka-buka file di folder kompi, ada satu puisi yang ternyata pernah saya tulis untuk saya kirimkan dalam event lomba yang bertema keluarga.
seperti biasa juga, puisi ini juga tidak lolos seleksi. tapi tak apa, saya punya ruang sendiri untuk menuangkan buah pikiran. in here.
Comments
Post a Comment