Mahasiswa dan gerakannya
sudah menjadi semacam mitos dalam panggung perpolitikan republik Indonesia.
Didakwa sebagai pahlawan yang berjasa melengserkan para pemimpin diktator dari
kursi kekuasaannya di masa lampau, kisah heroisme tentang mahasiswa terus
dirawat dan diregenerasi agar para mahasiswa terus-menerus dapat menjadi
semacam ratu adil yang turun dari menara gadingnya kelak sehingga dapat
memperbaiki keadaan masyarakat ketika kondisi mulai carut-marut dan kezaliman
mulai merajalela kembali.
Namun diskursus tentang
gerakan mahasiswa, dalam hal ini adalah gerakan politik, mulai mengalami
ancaman yang serius. Banyak para pakar dan ahli berkata bahwa setelah rezim
orde baru jatuh, gerakan mahasiswa jadi melempem dan mengalami kemunduran yang
signifikan. Maka usaha-usaha untuk merestorasi kembali gerakan mahasiswa untuk
“kembali ke jalan yang benar” pun digalakan. Ada yang berinisiatif untuk
merestorasinya mulai dari sudut pandang budaya, moral, sampai politik.
Hamri (Ketua Himpunan
Mahasiswa Otomotif UNM) saat diminta testimoninya dalam perhelatan akbar ICMS
(indonesia congress of muslim student) 26/10 mengaku turut prihatin
terhadap pergerakan mahasiswa di Indonesia. Alasannya dikarenakan banyaknya
mahasiswa yang kemudian menjual gerakan untuk 'kepentingan perut'. Padahal
gerakan mahasiswa diharapkan dapat menjadi bagian dari pemecahan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi rakyat.
Evaluasi historis
Sepanjang sejarah negeri
ini memang selalu ada perubahan yang digulirkan, namun perubahan yang dilakukan
masih belum berarti untuk kebaikan di negeri ini. Perubahan yang diusung oleh
banyak gerakan-gerakan mahasiswa di negeri belum mendapatkan tempat di hati
masyarakat. Hal ini terjadi karena setidaknya ada dua hal yang menyebabkan itu
terjadi: pertama, Ikatan dan sinergi antar organ gerakan mahasiswa lemah dan
hanya bersifat kepentingan sesaat dan emosional; kedua, tidak adanya kesamaan
persepsi/pemahaman terhadap masalah serta
solusi dari masalah yang dihadapi.
Ikatan dan sinergi
pergerakan mahasiswa lemah dikarenakan ikatan yang mengikat mahasiswa adalah ikatan
yang rapuh dan temporal yakni Nasionalisme, padahal ikatan ini tidak mungkin
akan menyadarkan dan membangkitkan masyarakat karena hakikat dari ikatan
Nasionalisme adalah muncul saat ada ancaman atau gangguan saja, setelah itu
hilang, maka hilang pula ikatan ini. Selain itu ikatan Nasionalisme juga
bersifat sesaat dan semangatnya hanya sementara. Inilah yang terjadi pada
pergerakan mahasiswa dari awal mulanya sampai hari ini.
Tidak adanya kesamaan
pemahaman/persepsi dari pergerakan mahasiswa terhadap masalah yang dihadapi
sehingga tidak mampu memberikan solusi yang tepat. Hal ini dikarenakan
pemahaman dikalangan pergerakan mahasiswa ditunggangi oleh pemahaman
sekuler-liberal yang notabene adalah buah dari sistem kapitalisme yang
ditancapkan dan diterapkan di negeri ini. Inilah yang menjadi pemahaman
pergerakan mahasiswa di negeri ini, sehingga mereka bertindak dan memberikan
solusi atas arahan dari sistem kapitalisme.
Reposisi Peran: Merumuskan Tujuan
Mahasiswa dan pergerakan
saat ini perlu melakukan Reposisi peran yakni merumuskan tujuan yang sebenarnya
dengan jalan membuat suatu perubahan dari kondisi senyatanya (DAS SEIN) menuju
kondisi yang ideal (DAS SOLLEN).
Jika kita melihat
kondisi yang terjadi di negeri dan bahkan di dunia saat ini maka kita akan
menemukan keterpurukan dan banyak permasalahan yang terjadi serta menimpa
manusia khususnya ummat Islam. Di negeri yang mayoritas muslim ini, Indonesia
kembali menjadi negara yang berada di bawah garis kemiskinan, negara yang
dengan hutangnya hingga saat ini mencapai 2000 Triliyun lebih, belasan juta
orang kehilangan pekerjaan, 40 juta
orang menganggur 1 juta diantaranya adalah sarjana, Jutaan anak putus sekolah,
bahkan Indonesia termasuk negara terkorup di dunia, Kerusakan moral dan
kriminalitas meningkat 1000%, pornografi dan pornoaksi makin marak, Perceraian
meningkat 400%, penghuni rumah sakit jiwa meningkat 300%, PT Freeport yang
dikuasai oleh AS hingga hari ini masih mengeruk kekayaan alam yakni emas di
Papua dan bahkan diperpanjang kontraknya hingga 2040 nanti.
Tidak hanya penjarahan
dan pengekploitasian kekayaan alam saja, namun di belahan dunia muslim lainnya
saudara seakidah kita dibunuh dan dibantai. Di Suriah puluhan ribu kaum
muslimin terbunuh, di Palestina kaum muslimin hingga hari ini masih dibunuh, di
Rohingya kaum muslimin dibantai dan dibunuh dengan cara yang sangat keji,
saudara-saudara kita di Afrika tengah hingga hari ini mereka dibunuh dengan
cara dibakar serta cara keji lainnya, muslimah di China diminta untuk
menggugurkan kandungan mereka dan dipaksa jika tidak mereka akan dibunuh, saat
ini saudara kita ikhwanul muslimin di Mesir dicap sebagai teroris dan akan
dibunuh secara masal. Inilah realitas yang terjadi di belahan dunia akibat
diterapkannya aturan kapitalisme-demokrasi yang senantiasa mengatasnamakan HAM
dan kebebasan.
Semua permasalahan yang
terjadi tersebut bersumber dari sistem atau aturan yang diterapkan di seluruh
dunia saat ini yakni sistem kapitalisme-sekuler. Kapitalisme adalah sistem yang
peradabannya materialisme, kehidupannya penuh dengan kesenjangan, kezaliman,
kerusakan dan dehumanisme (sistem yang tidak manusiawi). Secara faktual kondisi
yang terjadi adalah krisis kehidupan multidimensional (kebodohan, kezaliman,
kemiskinan, kemerosotan moral, dan lain-lain) dan akar masalahnya adalah sistem
kehidupan yang berdasarkan ideologi kapitalisme-sekuler.
Mahasiswa dan pergerakan
saat ini sudah saatnya merumuskan tujuan yang jelas dan tepat untuk mendapatkan
solusi atas permasalahan yang terjadi di negeri ini dan juga dunia. Untuk
merumuskan tujuan mencapai solusi yang tepat maka mahasiswa dan pergerakan
membutuhkan kerangka berpikir yang jelas dan benar terkait kondisi yang
terjadi, dan itu hanya akan diperoleh dari Islam tidak dengan yang lain. Islam
adalah sebuah agama sekaligus ideologi yang memiliki seperangkat aturan untuk
mengatur seluruh aspek kehidupan (politik, ekonomi, pendidikan, sosial, ibadah,
dan lain-lain).
Maka satu-satunya solusi
yang ditawarkan oleh mahasiswa dan pergerakan adalah Islam. Maka arah perubahan
yang ditawarkan oleh mahasiswa adalah dari kondisi penerapan ideologi
kapitalisme-sekuler (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan lain-lain) yang rusak
ini menuju kondisi yang ideal yakni dengan ideologi islam. Ideologi Islam itu
hanya bisa ditegakan dengan institusi negara dan itu adalah Khilafah Islamiyah.
Kenapa mesti Khilafah Islamiyah? Karena Khilafah Islamiyah wajib tegak secara
syar’i dan ini adalah kewajiban dari Allah swt serta janji Allah swt,
sebagaimana firman Allah swt:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka
tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan
barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik. “(QS an Nuur [24]: 55).
Selain itu penerapan
syariat islam secara kaffah hanya dapat dilaksanakan dengan Khilafah Islamiyah.
Umat islam hanya akan bersatu di seluruh dunia hanya dengan Khilafah islamiyah.
Sistem yang saat ini diterapkan yakni Kapitalisme hanya akan hilang dengan
adanya Khilafah Islamiyah. Oleh karena itu keberadaan Khilafah Islamiyah
menjadi sebuah kewajiban dari Allah swt yang harus ditegakan oleh kaum
muslimin.
Sumber: www.syababindonesia.com
rujukan: kitab takattul Hizb oleh Syaikh Taqiyuddin Annabhani
rujukan: kitab takattul Hizb oleh Syaikh Taqiyuddin Annabhani
[di muat dalam rubrik Aspol Madink Oktober 2014
Al-Insan LDK Fosdik Al-Umdah UNM]
Comments
Post a Comment