Setiap perjalanan pasti ada akhirnya.
Ujung jalan telah menunggu, dengan pasti.
Hanya saja, kita tidak tahu kapan akan berhenti.
Adalah gerak dan waktu, yang akan menjawab segala tanya. Kita hanya terus berusaha melangkah, senantiasa.
Seseorang tidak akan di tanya, kapan ia akan sampai di ujung jalan.
Namun, ia akan di tanya: "sudah seberapa jauh kaki melangkah untuk sampai di ujung jalan sana?"
Seperti itulah jalan para pejuang.
Pejuang tidak tahu sampai kapan ia harus senantiasa berjuang.
Yang ia tahu hanya berjuang, berjuang dan berjuang.
Kerikil, duri dan bebatuan tak jarang menyertai, baginya ini bukan penghalang.
Sampai ia berhasil mencapai ujung jalan, ataukah Sang Pemilik Waktu berkata: "ini saatnya kau pulang".
Lalu, muncul tanya dalam gelisah.
Siapa gerangan sang pejuang yang selalu tabah dalam perjalanan menuju akhir kisah?
Siapa?
Jawabnya adalah mereka.
Mereka yang selalu menjunjung tinggi kalimah-Nya.
Berjuang untuk meninggikan syariat-Nya.
Fa aina nahnu? Lalu dimanakah kita?
Adakah kita sebagai pejuang itu?
Ataukah yang lain telah menggantikan kita di posisi itu?
Teruntuk engkau para pejuang yang mulia.
Yang lisanmu selalu basah menyampaikan risalah-Nya.
Yang hatimu selalu resah-gundah, menyaksikan kondisi ummat Rasul-Nya.
Yang pikirmu selalu bergulat hebat, memikirkan nasib ummat Rasul-Nya.
Melarikan diri, bukan solusi!
Bila di rasa jalan ini begitu terjal ...
Maka fokuslah pada goyahnya!
Bukan aral merintangnya.
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan". (QS. Ash-Sharh : 5-6)
*copas
Ujung jalan telah menunggu, dengan pasti.
Hanya saja, kita tidak tahu kapan akan berhenti.
Adalah gerak dan waktu, yang akan menjawab segala tanya. Kita hanya terus berusaha melangkah, senantiasa.
Seseorang tidak akan di tanya, kapan ia akan sampai di ujung jalan.
Namun, ia akan di tanya: "sudah seberapa jauh kaki melangkah untuk sampai di ujung jalan sana?"
Seperti itulah jalan para pejuang.
Pejuang tidak tahu sampai kapan ia harus senantiasa berjuang.
Yang ia tahu hanya berjuang, berjuang dan berjuang.
Kerikil, duri dan bebatuan tak jarang menyertai, baginya ini bukan penghalang.
Sampai ia berhasil mencapai ujung jalan, ataukah Sang Pemilik Waktu berkata: "ini saatnya kau pulang".
Lalu, muncul tanya dalam gelisah.
Siapa gerangan sang pejuang yang selalu tabah dalam perjalanan menuju akhir kisah?
Siapa?
Jawabnya adalah mereka.
Mereka yang selalu menjunjung tinggi kalimah-Nya.
Berjuang untuk meninggikan syariat-Nya.
Fa aina nahnu? Lalu dimanakah kita?
Adakah kita sebagai pejuang itu?
Ataukah yang lain telah menggantikan kita di posisi itu?
Teruntuk engkau para pejuang yang mulia.
Yang lisanmu selalu basah menyampaikan risalah-Nya.
Yang hatimu selalu resah-gundah, menyaksikan kondisi ummat Rasul-Nya.
Yang pikirmu selalu bergulat hebat, memikirkan nasib ummat Rasul-Nya.
Melarikan diri, bukan solusi!
Bila di rasa jalan ini begitu terjal ...
Maka fokuslah pada goyahnya!
Bukan aral merintangnya.
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan". (QS. Ash-Sharh : 5-6)
*copas
Comments
Post a Comment