Saat menengok sejarah kehidupan para Sahabat, kita akan mendapati bahwa mereka adalah orang-orang yang begitu antusias memenuhi seruan menjadi penolong agama Allah. Tekad mereka menjadi pejuang Islam dan pembela akidah telah nyata tercatat dalam tinta emas sejarah kehidupan ini.
Abdurrahman Ra’fat al-Basya pernah mengumpulkan kisah-kisah para Sahabat tadi dalam sebuah buku yang ia beri judul “65 Manusia Langit”. Ya, manusia langit. Tidak berlebihan jika sematan manusia langit ini diberikan kepada mereka sebab kontribusi para sahabat tadi dalam menolong agama Allah begitu luar biasa.
Tengoklah kisah Sahabat bernama Al-Bara’ bin Malik al-Anshary. Mengenai beliau, Umar bin al-Khaththab ra. bahkan pernah berkata, “Janganlah kalian tunjuk Al-Bara’ menjadi Amir dalam pasukan kaum muslim karena dikhawatirkan ia dapat mencelakakan tentaranya karena ingin terus maju.”
Apa yang disebutkan Umar memang bukan tanpa alasan. Pada peperangan Yamamah, perang antara kaum muslim dan pasukan Musailamah al-Kadzdzab, si nabi palsu, Al-Bara’ bin Malik ditunjuk untuk menjadi salah satu pemimpin pasukan. Al-Bara’ pun melihat kaumnya dan menyemangati mereka, “Wahai semua kaum Anshar, jangan ada seorang pun dari kalian yang kafir dengan kembali ke Madinah. Tidak ada Madinah setelah ini bagi kalian. Yang ada hanyalah Allah, kemudian surga!”
Kaum muslim pun maju hingga membuat Musailamah dan pasukannya pergi ke sebuah taman yang kemudian disebut sebagai Taman Kematian. Disebut demikian karena banyaknya korban yang tewas di sana pada hari itu. Musailamah dan pasukannya berlindung di balik tingginya tembok-tembok Taman Kematian. Mereka juga menutup pintunya sehingga kaum muslim hanya bisa menyerang mereka dengan panah. Melihat kesulitan yang dihadapi oleh kaum muslim, Al-Bara’ kemudian berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, letakkanlah aku di atas perisai. Angkat perisai itu, lalu lemparkanlah aku ke dalam kebun!”
Sendirian, Al-Bara’ bin Malik dilemparkan masuk ke dalam benteng. Kemunculan Al-Bara’ yang tiba-tiba membuat musuh panik. Ia segera mencari jalan untuk membuka pintu dari dalam, membuat jalan bagi kaum muslim yang sudah menanti di luar gerbang. Disebutkan, pada saat itu al-Bara’ bin Malik terkena lebih dari delapan puluh luka di tubuhnya. Atas izin Allah, al-Bara’ berhasil menyelesaikan misinya dan Musailamah al-Kadzdzab beserta semua pengikutnya tewas.
Membaca kisah ini, saya merinding. Tekadnya menjadi penolong agama Allah terlihat jelas dalam aksinya. Semangatnya menyambut ridha Allah terpampang jelas melalui kata-katanya, “Yang ada hanyalah Allah, kemudian surga!”
Menutup tulisan singkat ini, semoga apa yang ditunjukkan oleh Al-Bara’ bin Malik bisa menjadi teladan bagi kita semua. Tentu, jika kita ingin mengembalikan kejayaan Islam di muka bumi ini, kualitas perjuangan kita tak boleh kalah dengan para Sahabat. Usaha kita menjadi penolong agama Allah juga tak boleh kalah daripada yang ditunjukkan oleh para pendahulu kita. Saudaraku, mari kita ingat, bahwa dalam jalan dakwah ini, yang ada hanyalah Allah, kemudian surga. [Akmal Nurdwiyan S.; Aktivis Dakwah Sekolah di Malang]
Comments
Post a Comment