Skip to main content

Buncahan Rindu




Dan adalah gelisah yang merantai
Mengunci dalam ribuan bisik
Mengurung dalam waktu yang terasa bergegas

Ah, apa ini?
Ada semacam rasa di sanubari
Yang mendorongku tegar, padahal sedang gusar
Yang membuatku tenang, meski air mata menggenang
Yang menghantarku bertemu jalan, padahal pelik seakan gunung yang menghadang
Rasa yang kian menyala, kala kubersimpuh
Kian terasa, kala kubersujud

Waktu berputar dan kernyit dahi kian dalam
Seberapa lama lagi akan terinsafi
Seberapa lama lagi untuk menyadari
Ah, duhai diri, sadarkah kau itulah panggilan iman
Panggilan keyakinan

Usah cari alasan lagi, duhai diri
Kau rindu dekapan RabbMu
Kau ingin tersungkur mengadu
Kau mau meratap, menangis, meminta ampunan TuhanMu
Ah, astaghfirullah, astaghfirullah

Dan Muhammad Rasul Allah,
Seakan tersuruk, jauh namanya tak kau sebut
Terlupakan, dikalahkan sosok sosok manusia yang lebih kau puja
Bak dewa
Lalu kau anggap apa tumitnya yang berdarah kala dilempari penduduk Thaif?
Lalu kau anggap apa makna ‘ummati ummati ummati’?
Kitab yang kau akui kebenarannya, sudahkah kau bela?
Lupakah engkau kala menetes air mata Abu Bakar menahan sakit kala kakinya menjadi penutup lubang ular, wujud cintaNya pada Rasul
Lupakah engkau bagaimana ketika Umar mengangkat pedangnya, tak terima tatkala Rasul dikabarkan wafat, hanya karena cinta
Atau apakah engkau juga lupa, ketika Bilal sang muadzin Rasul, senantiasa tercekat dan tak pernah bisa melangsungkan adzan setelah Rasul wafat, hanya karena cinta
Ya Nabi, salam ‘alaika
Ya Rasul, salam ‘alaika
Ya Habib, salam ‘alaika

Dan doa samara ideologis seakan menjadi untaian kata semata
Tak berwujud, tak bernyawa
Ketenangan yang diharap, justru tercabik oleh kericuhan, kesulitan ekonomi
Kebahagiaan yang dimimpi, tergadai oleh materi materi
Yang tak berujung untuk dicari
Kasih sayang yang harusnya mengalir, tak sempat lagi tertetes
Atas dalil keegoisan diri
Duhai diri, kemana visi keluarga yang kau bangun?
Hilangkah, lupakah?
Bagaimana bahtera melaju jika tak tau arah yang dituju
Bagaimana bahtera kan mengarung samudera, kalau rangka tak dibangun sekuat baja

Tidak! Kau tak bisa berhenti pada titik rindu semata
Terbelenggu hanya pada kata ‘mau’
Bukankah Ibunda Hajar lari berkali kali demi setetes air untuk Ismail kecil?
Sungguh kau tak bisa diam saja!

Lalu duhai diri, seberapa kuat dirimu?
Melepas cengkraman gurita kehidupan sekuler
Yang meninggalkan Allah pada sudut sudut kehidupan rohani
Yang meniadakan Allah pada meja meja pengadilan, mahkamah keputusan, dan kursi kekuasan

Tidak jangan bersedih!
Sejatinya kau tak pernah sendiri!
Dan memang tak bisa sendiri!
Bukankah batu bata itu kokoh saat tersusun rapi menjadi bangunan?

Mulailah, teruslah, bergegaslah
Tegakkan bangunan kehidupan yang berkah dalam ketaqwaan
Kala kalam Allah merasuk pada tiap sendi keseharian
Hingga cinta dan rindu padaNya tak lagi sekedar asa
Hingga pesan junjunganNya, telah mewujud nyata

Dibawakan oleh saya dan Ummu zhahra dalam Kongres Ibu Nusantara (KIN4) MHTI  Makassar 
Sabtu, Ahad 18 Desember 2016
di Ballroom graha pena  

Comments

Popular posts from this blog

TANYA JAWAB SEPUTAR MEA (MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)

1.     Apakah MEA? Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang sebelumnya telah dicanangkan dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area ) pada tahun 1992.   Pasar bebas ASEAN adalah gagasan World Trade Organization (WTO ) yang bertujuan untuk menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, yang meniscayakan aliran barang, jasa, investasi, modal dan buruh terampil.   Tentu saja yang mampu memanfaatkan akses terbuka itu adalah negara, perusahaan dan individu yang memiliki daya saing tinggi.  2.     Apa sajakah potensi ASEAN? Secara geografis, negara-negara di Asia Tenggara memiliki karakteristik wilayah fisik yang beranekaragam. Negara-negara ASEAN terdiri dari negara kepulauan yang luas, semenanjung, daratan-benua, tidak-berpantai ( landlocked ) sampai negara kota. Ditinjau berdasarkan luas wilayah, negara-negara di kawasan tersebut mempunyai rentang dari negara kepulauan seperti Indonesia, sampai negara-kota seperti Singapura.

3 Pertanyaan Besar dalam Hidup (Uqdatul Kubra)

Ada 3 Pertanyaan Besar yang harus bisa dijawab oleh orang yang hidup. 3 pertanyaan ini seperti simpul besar, yang apabila ini bisa dijawab dengan benar maka ia akan bisa menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan lain dan menyelesaikan masalah-masalah hidupnya dengan benar. jawaban yang benar ini akan membuat kita merasakan ketenangan hati, terpuaskan akal kita dan sesuai dengan fitrah manusia. pertanyaannya yaitu: DARI MANA MANUSIA BERASAL?, UNTUK APA MANUSIA HIDUP DI DUNIA INI ?dan AKAN KEMANA KITA SETELAH KEHIDUPAN INI? coba deh kalian jawab. apa jawaban kalian. tulisan ini akan saya lanjutkan dengan jawaban yg insya Allah memuaskan.

Filosofi Lilin : Menerangi yang Lain tetapi Tidak Diri Sendiri

gambar dari https://billditewig.files.wordpress.com/2015/02/candle.jpg Janganlah menjadi seperti lilin, ia memberi cahaya bagi sekitarnya, tetapi membinasakan dirinya  sendiri -Izzah Haq-    pernah dengar kalimat seperti ini? "orang itu kalau menasehati bagus, tetapi sendirinya tidak melaksanakan". Atau yang semisal ,"dia selalu mengkritik kesalahan orang lain tetapi diri sendiri tidak diperhatikan".  Terkadang ada orang yang bijak dalam bertutur kata, lisannya adalah lisan seorang pengemban dakwah tetapi tingkah lakunya amat jauh dari apa yang diucapkannya. Ia mampu menasehati orang lain untuk berubah menjadi lebih baik, tetapi nasehatnya tidak ia laksanakan sendiri. Tidak Selaras antara perkataan dan perbuatan. Demikian kita bisa menyimpulkan, Berkaitan dengan ini Allah SWT menegur dalam beberapa ayat di dalam Al-Qur'an, diantaranya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu ker