Hajimemashite, Sis.
kali ini saya mau cuap-cuap tentang akhwat. eits, tapi pembicaraan kita gak kayak siaran Otan dalam dunia binatang yang disiarin di tipi lho, lha masa ia kita membahas morfologi dan fisiologi akhwat, ngaco!
terus apa dong? ya, makanya baca dulu yang sabar.
sebenarnya kata akhwat bermakna saudara wanita. alias kata ini dalam bahasa arab penggunaanya untuk wanita muslimah secara keseluruhan tanpa terbedakan. tapi di lingkungan saya tinggal kata akhwat ini lebih dilekatkan pada para muslimah dalam jama'ah dakwah atau para muslimah yang 'ngeh' islam. kalo di lingkungan kamu berlaku juga ,ga?
oke. kita pake istilah dari kamus saya saja ya :).
Nah, sis. belakangan ini bau-bau syari'ah rada marak di sosmed lho. masih 'bau' sih, tapi yang wujud asli syariahnya belum ada. kenapa saya bilang gitu, mari liat fenomena terkinikan: trend hijab fashion, ramadhan 2016 ini malah di tipi ada siaran lomba desain fashion hijab, so baju-baju syar'i khusus muslimah yang terulur panjang sudah ada dimana-mana. komplit dengan jilbab dan kerudung malah, walau masih kurang menutup kaki. ada lagi nih, video dan film yang mencoba di-syar'i-kan juga banyak. Seperti film Tausiyah Cinta, Cinta Subuh, dsb. Wah, pokoke Dakwahtaimentnya melejit banget dah!
Dampak positifnya adalah banyak para muslimah bertransformasi menjadi akhwat. mereka jadi makin deket ke islam, demen sama yang syar'i-syar'i dan gemar mencari ilmu agama di sosmed. Bagus kan?
iya, ada bagusnya sih. tapi ada satu nih yang mengganjal di benak saya. wajah akhwat yang diprofilkan di sosmed itu begitu sungguh mengademkan mata, menyejukkan jiwa (lha, apa salah?). kesannya yang penting kerudungan udah syar'i, yang penting ibadah mahdahnya bagus udah oke, dunia percintaannya karena Allah semata. oke, hal-hal positif ini tentu bagus. saya tak menyalahkan bagian ini.
cuman sista, ada bagian lain yang luput dari mata kita. kita masih nyaman hidup di sistem kehidupan jahiliyah. tempat dimana islam hanya punya ruang bicara di sosial media, tapi tidak di dunia nyata. kalo kewajiban itu laksana PR, maka penerapan aturan islam secara sempurna itu adalah PR yang bobotnya sama kayak skripsi.
dan penerapan islam secara sempurna ini hanya bisa diterapkan oleh negara. selanjutnya, negara yang menerapkan aturan islam ini lebih dikenal dengan khilafah.
Duh, Sis... khawatir gak kita dengan makin terpinggirkannya aturan islam dalam kancah perundang-undangan kita sekarang ini? baru-baru ini Pak Jokowi menghapus 3.000 lebih perda syari'ah (yang padahal skala syari'ahnya minim banget ji), gimana dengan syari'ah yang besar-besar macam ekonomi non riba, sistem sanksi, dll? pastinya yang gede-gede itu ogah untuk diterapkan di negara kita. sakit hati lagi kita, sis, denger pernyataan dari Mentri Agama Lukman Hakim yang mengatakan "Hormati orang yang tidak berpuasa?", nah lho?
Padahal Allah SWT telah berfirman dalam surah al-maidah ayat 50, yang artinya:
"Apakah hukum jahiliyah yang kalian kehendaki? dan hukun siapakan yang lebih baik dari Hukum Allah bagi orang-orang yang yakin".
kita termasuk orang-orang yang yakin kan,sis? yakin sama Allah, yakin sama firman-firmanNya, yakin sama aturanNya bahwa aturanNya lah yang the best buat manusia.
Nah, ukhti, pandangan mata kita mari diperlebar. bukan hanya untuk lingkup sendiri tapi untuk seluruh lingkup umat islam. kalo kamu sudah hijrah, Alhamdulillah, tapi mari sekarang kita hijrahkan sistem kehidupan kita ini menuju ke khilafah.
kali ini saya mau cuap-cuap tentang akhwat. eits, tapi pembicaraan kita gak kayak siaran Otan dalam dunia binatang yang disiarin di tipi lho, lha masa ia kita membahas morfologi dan fisiologi akhwat, ngaco!
terus apa dong? ya, makanya baca dulu yang sabar.
sebenarnya kata akhwat bermakna saudara wanita. alias kata ini dalam bahasa arab penggunaanya untuk wanita muslimah secara keseluruhan tanpa terbedakan. tapi di lingkungan saya tinggal kata akhwat ini lebih dilekatkan pada para muslimah dalam jama'ah dakwah atau para muslimah yang 'ngeh' islam. kalo di lingkungan kamu berlaku juga ,ga?
oke. kita pake istilah dari kamus saya saja ya :).
Nah, sis. belakangan ini bau-bau syari'ah rada marak di sosmed lho. masih 'bau' sih, tapi yang wujud asli syariahnya belum ada. kenapa saya bilang gitu, mari liat fenomena terkinikan: trend hijab fashion, ramadhan 2016 ini malah di tipi ada siaran lomba desain fashion hijab, so baju-baju syar'i khusus muslimah yang terulur panjang sudah ada dimana-mana. komplit dengan jilbab dan kerudung malah, walau masih kurang menutup kaki. ada lagi nih, video dan film yang mencoba di-syar'i-kan juga banyak. Seperti film Tausiyah Cinta, Cinta Subuh, dsb. Wah, pokoke Dakwahtaimentnya melejit banget dah!
Dampak positifnya adalah banyak para muslimah bertransformasi menjadi akhwat. mereka jadi makin deket ke islam, demen sama yang syar'i-syar'i dan gemar mencari ilmu agama di sosmed. Bagus kan?
iya, ada bagusnya sih. tapi ada satu nih yang mengganjal di benak saya. wajah akhwat yang diprofilkan di sosmed itu begitu sungguh mengademkan mata, menyejukkan jiwa (lha, apa salah?). kesannya yang penting kerudungan udah syar'i, yang penting ibadah mahdahnya bagus udah oke, dunia percintaannya karena Allah semata. oke, hal-hal positif ini tentu bagus. saya tak menyalahkan bagian ini.
cuman sista, ada bagian lain yang luput dari mata kita. kita masih nyaman hidup di sistem kehidupan jahiliyah. tempat dimana islam hanya punya ruang bicara di sosial media, tapi tidak di dunia nyata. kalo kewajiban itu laksana PR, maka penerapan aturan islam secara sempurna itu adalah PR yang bobotnya sama kayak skripsi.
dan penerapan islam secara sempurna ini hanya bisa diterapkan oleh negara. selanjutnya, negara yang menerapkan aturan islam ini lebih dikenal dengan khilafah.
Duh, Sis... khawatir gak kita dengan makin terpinggirkannya aturan islam dalam kancah perundang-undangan kita sekarang ini? baru-baru ini Pak Jokowi menghapus 3.000 lebih perda syari'ah (yang padahal skala syari'ahnya minim banget ji), gimana dengan syari'ah yang besar-besar macam ekonomi non riba, sistem sanksi, dll? pastinya yang gede-gede itu ogah untuk diterapkan di negara kita. sakit hati lagi kita, sis, denger pernyataan dari Mentri Agama Lukman Hakim yang mengatakan "Hormati orang yang tidak berpuasa?", nah lho?
Padahal Allah SWT telah berfirman dalam surah al-maidah ayat 50, yang artinya:
"Apakah hukum jahiliyah yang kalian kehendaki? dan hukun siapakan yang lebih baik dari Hukum Allah bagi orang-orang yang yakin".
kita termasuk orang-orang yang yakin kan,sis? yakin sama Allah, yakin sama firman-firmanNya, yakin sama aturanNya bahwa aturanNya lah yang the best buat manusia.
Nah, ukhti, pandangan mata kita mari diperlebar. bukan hanya untuk lingkup sendiri tapi untuk seluruh lingkup umat islam. kalo kamu sudah hijrah, Alhamdulillah, tapi mari sekarang kita hijrahkan sistem kehidupan kita ini menuju ke khilafah.
gambar diambil dari google image |
Comments
Post a Comment