Skip to main content

Untukmu Shalilah



Ya shalihah, apakah bulan Ramadhan ini membawa perubahan baik bagi dirimu? jika ya, Alhamdulillah. Sudah merasakan nikmatnya taat dalam bermunajat kepada Allah? Alhamdulillah jika sudah. Sungguh kita pun sedih jika ditinggal bulan penuh kebaikan ini nanti.
Tapi salihah… aku masih melihat kecantikan lahirian lebih engkau perhatikan ketimbang kecantikan sejati dihadapan Allah. Menutup aurat masih pilih-pilih yang trendy dan yang nyaman versi pribadi. Bukankah kita niat meutup aurat itu karena Allah?, bukan karena mengharapkan perhatian dan pujian dari manusia. Atau kepuasan pribadi. Bukan kan? Karena jika itu benar maka janganlah kita meminta balasan perbuatan kita kepada Allah, tetapi mintalah balasannya dari manusia yang lain.
Ukhtiku, aku memaklumi, seperti apa dunia yang kita tempati saat ini. seperti apa arus berpikir wanita saat ini. rasanya sulitkan mengerjakan sesuatu semata-mata karena Allah saja dan tidak karena untung dan rugi. Sepertinya waktu kita habis untuk mengurusi kehidupan dunia: bekerja, bersosialisasi, kuliah, kerja tugas, nongkrong dengan pacar atau dengan teman. Dan hanya menyisakan sedikit sekali waktu untuk Allah.
Ukhtiku, Allah tahu kita makhluk lemah yang berperasaan halus. Allah dan RasulNya bahkan amat memuliakan wanita. Allah sengaja perintahkan kita berhijab agar mata-mata nakal tak memandangi kita dengan nafsu. Allah jadikan kewajiban seorang istri di rumah karena ialah madrasah terbaik baik anak-anaknya dan sebaik-baik pengatur urusan rumah tangga. Allah melarang kita berpacaran karena tak ingin kita memasrahkan diri pada yang belum halal, tak ingin tubuh kita dipegang-pegang oleh lelaki sembarang dan hanya dengan pernikahan akan tampak siapa sejatinya lelaki yang datang meminang: seorang pria baik atau pria yang hanya manis saat kenalan.
Wanita menjadi mulia karena ia mampu menjaga diri. Dan inilah tujuan dari syariat itu ada, untuk memanusiakan manusia.
Selamat menempa diri ya, Shalihah, semoga kita selalu bersama dalam taat J

“menjadi solehah bukan merupakan suatu pencarian yang sampai pada suatu titik tertentu, solehah merupakan proses istiqomah sepanjang hayat”

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

TANYA JAWAB SEPUTAR MEA (MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)

1.     Apakah MEA? Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang sebelumnya telah dicanangkan dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area ) pada tahun 1992.   Pasar bebas ASEAN adalah gagasan World Trade Organization (WTO ) yang bertujuan untuk menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, yang meniscayakan aliran barang, jasa, investasi, modal dan buruh terampil.   Tentu saja yang mampu memanfaatkan akses terbuka itu adalah negara, perusahaan dan individu yang memiliki daya saing tinggi.  2.     Apa sajakah potensi ASEAN? Secara geografis, negara-negara di Asia Tenggara memiliki karakteristik wilayah fisik yang beranekaragam. Negara-negara ASEAN terdiri dari negara kepulauan yang luas, semenanjung, daratan-benua, tidak-berpantai ( landlocked ) sampai negara kota. Ditinjau berdasarkan luas wilayah, negara-negara di kawasan tersebut mempunyai rentang dari negara kepulauan seperti Indon...

3 Pertanyaan Besar dalam Hidup (Uqdatul Kubra)

Ada 3 Pertanyaan Besar yang harus bisa dijawab oleh orang yang hidup. 3 pertanyaan ini seperti simpul besar, yang apabila ini bisa dijawab dengan benar maka ia akan bisa menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan lain dan menyelesaikan masalah-masalah hidupnya dengan benar. jawaban yang benar ini akan membuat kita merasakan ketenangan hati, terpuaskan akal kita dan sesuai dengan fitrah manusia. pertanyaannya yaitu: DARI MANA MANUSIA BERASAL?, UNTUK APA MANUSIA HIDUP DI DUNIA INI ?dan AKAN KEMANA KITA SETELAH KEHIDUPAN INI? coba deh kalian jawab. apa jawaban kalian. tulisan ini akan saya lanjutkan dengan jawaban yg insya Allah memuaskan.

Filosofi Kacamata

Bagi orang bermata minus seperti saya, keberadaan kacamata cukup urgen kehadirannya, bukan sekadar sebagai penghias mata. Kacamata mampu membuat penglihatan saya jauh lebih baik, membuat jelas pandangan-pandangan yang sebelumnya kabur, membuat saya dapat mengenai wajah orang, membuat saya dapat membaca papan nama jalan, melihat detil kotoran dan lubang-lubang yang ada di jalan, dan sebagainya. Demikian juga pandangan saya dalam menilai kehidupan. Saya punya kacamata tersendiri untuk memberikan penilaian dan memandang kejadian yang ada di sekitar. Sebagai seorang muslim, kita memang harus mengikatkan diri dengan hukum syara’, menimbang baik-buruknya suatu perbuatan dengan ketetapan Allah, bukan dengan pertimbangan akal semata, konstitusi, pancasila atau pendapat ahli-ahli barat. Bukan. “ Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka, dan berhati-hatilah terhadap mereka, supaya mere...