gambar dari https://billditewig.files.wordpress.com/2015/02/candle.jpg |
Janganlah menjadi seperti lilin,
ia memberi cahaya bagi sekitarnya,
tetapi membinasakan dirinya sendiri
-Izzah Haq-
pernah dengar kalimat seperti ini?
"orang itu kalau menasehati bagus, tetapi sendirinya tidak melaksanakan". Atau yang semisal ,"dia selalu mengkritik kesalahan orang lain tetapi diri sendiri tidak diperhatikan".
Terkadang ada orang yang bijak dalam bertutur kata, lisannya adalah lisan seorang pengemban dakwah tetapi tingkah lakunya amat jauh dari apa yang diucapkannya. Ia mampu menasehati orang lain untuk berubah menjadi lebih baik, tetapi nasehatnya tidak ia laksanakan sendiri.
Tidak Selaras antara perkataan dan perbuatan. Demikian kita bisa menyimpulkan,
Berkaitan dengan ini Allah SWT menegur dalam beberapa ayat di dalam Al-Qur'an, diantaranya :
“Wahai orang-orang yang
beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)
Allah juga mencela
perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,
“Mengapa kamu suruh
orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu
sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)
Demikian pula terdapat
dalam hadits. Dari Usamah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu
dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar
sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak
penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan,
bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’
Orang tersebut menjawab, ‘Sungguh dulu aku sering memerintahkan kebaikan namun
aku tidak melaksanakannya. Sebaliknya aku juga melarang kemungkaran tapi aku
menerjangnya.'” (HR Bukhari dan Muslim)
Berkaitan dengan para
penceramah, dai dan mubaligh bahkan terdapat hadits khusus. Dari Anas bin
Malik, Rasulullah bersabda, “Saat malam Isra’ Mi’raj aku melintasi
sekelompok orang yang bibirnya digunting dengan gunting dari api neraka.”
“siapakah mereka”, tanyaku kepada Jibril. Jibril mengatakan, “mereka adalah
orang-orang yang dulunya menjadi penceramah ketika di dunia. Mereka sering
memerintahkan orang lain melakukan kebaikan tapi mereka lupakan diri mereka
sendiri padahal mereka membaca firman-firman Allah, tidakkah mereka berpikir?”
(HR. Ahmad, Abu Nu’aim dan Abu Ya’la. Menurut al-Haitsami salah satu sanad
dalam riwayat Abu Ya’la para perawinya adalah para perawi yang digunakan dalam
kitab shahih)
Dalil-dalil di atas
menunjukkan pengingkaran keras terhadap orang yang punya ilmu tapi tidak
mengamalkan ilmunya. Inilah salah satu sifat orang-orang Yahudi yang dicap
sebagai orang-orang yang mendapatkan murka Allah disebabkan mereka berilmu
namun tidak beramal.
Oleh karena itu, Ibnu
Qudamah mengatakan, “Ketika berkhutbah seorang khatib dianjurkan untuk turut
meresapi apa yang dia nasihatkan kepada banyak orang.” (Al-Mughni,
3/180)
Ali bin Abi Thalib
mengatakan, “Duhai orang-orang yang memiliki ilmu amalkanlah ilmu kalian. Orang yang berilmu secara hakiki hanyalah orang yang
mengamalkan ilmu yang dia miliki sehingga amalnya selaras dengan ilmunya. Suatu
saat nanti akan muncul banyak orang yang memiliki ilmu namun ilmu tersebut
tidaklah melebihi kerongkongannya sampai-sampai ada seorang yang marah terhadap
muridnya karena ngaji kepada guru yang lain.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah, 2/53)
Abu Darda radhiyallahu
‘anhu mengatakan, “tanda kebodohan itu ada tiga; pertama mengagumi diri
sendiri, kedua banyak bicara dalam hal yang tidak manfaat, ketiga melarang
sesuatu namun melanggarnya. (Jami’ Bayan Al-Ilmi wa Fadhlih, 1/143)
Jundub bin Abdillah
Al-Bajali mengatakan, “gambaran yang tepat untuk orang yang menasihati orang
lain namun melupakan dirinya sendiri adalah laksana lilin yang membakar dirinya
sendiri untuk menerangi sekelilingnya.” (Jami’ Bayan Ilmi wa Fadhlih,
1/195)
Bahkan sebagian ulama
memvonis gila orang yang pandai berkata namun tidak mempraktekkannya karena
Allah berfirman, “Tidakkah mereka berakal?” (QS. Al-Baqarah: 44)
Sungguh tepat syair yang
disampaikan oleh manshur al-Fakih, “Sungguh ada orang yang menyuruh kami untuk
melakukan sesuatu yang tidak mereka lakukan, sungguh orang-orang gila. Dan
sungguh mereka tidaklah berterus terang.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)
Berikut ini, beberapa
perkataan salafus shalih berkaitan dengan masalah ini sebagaimana yang
disebutkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayan Ilmi wa Fadhlih :
- Siapa saja yang Allah halangi untuk mendapatkan ilmu maka Allah akan menyiksanya karena kebodohannya. Orang yang lebih keras siksaannya adalah orang yang ilmu itu datang kepadanya tapi dia berpaling meninggalkan ilmu. Demikian pula orang yang Allah berikan kepadanya ilmu tapi tidak diamalkan.
- Ubay bin Ka’ab mengatakan, “Pelajarilah ilmu agama dan amalkanlah dan janganlah kalian belajar untuk mencari decak kagum orang. Jika kalian berumur panjang segera akan muncul satu masa di masa tersebut orang mencari decak kagum orang lain dengan ilmu yang dia miliki sebagaimana mencari decak kagum dengan pakaian yang dikenakan.
- Abdullah ibn Mas’ud mengatakan, “semua orang itu pintar ngomong. Oleh karenanya siapa yang perbuatannya sejalan dengan ucapannya itulah orang yang dikagumi. Akan tetapi bila lain ucapan lain perbuatan itulah orang yang mencela dirinya sendiri.
- Al-Hasan Bashri mengatakan, “Nilailah orang dengan amal perbuatannya jangan dengan ucapannya. Sesungguhnya semua ucapan itu pasti ada buktinya. Berupa amal yang membenarkan ucapan tersebut atau mendustakannya. Jika engkau mendengar ucapan yang bagus maka jangan tergesa-gesa menilai orang yang mengucapkannya sebagai orang yang bagus. Jika ternyata ucapannya itu sejalan dengan perbuatannya itulah sebaik-baik manusia.”
- Imam Malik menyebutkan bahwa beliau mendapatkan berita al-Qasim bin Muhammad yang mengatakan, “Aku menjumpai sejumlah orang tidak mudah terkesima dengan ucapan namun benar-benar salut dengan amal perbuatan.”
- Abu Darda mengatakan, “Sebuah kecelakaan bagi orang yang tidak tahu sehingga tidak beramal. Sebaliknya ada 70 kecelakaan untuk orang yang tahu namun tidak beramal.”
Tidak diragukan lagi
bahwa permisalan orang yang beramar makruf nahi mungkar
adalah seperti dokter yang mengobati orang lain. Satu hal yang memalukan ketika
seorang dokter bisa menyebutkan obat yang tepat untuk pasiennya demikian pula
tindakan preventif untuk mencegah penyakit pasiennya kemudian ternyata dia
sendiri tidak menjalankannya. Berdasarkan keterangan yang lewat, jelas sudah
betapa bahaya hal ini, karenanya menjadi kewajiban setiap da’i dan muballigh untuk
memperhatikannya. Karena jika obyek dakwah mengetahui hal ini maka mereka akan
mengejek sang pendakwah. Belum lagi hukuman di akhirat nanti dan betapa besar
dosa yang akan dipikul nanti.
Sebagian orang tidak mau
melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar karena merasa belum melakukan yang
makruf dan masih melanggar yang mungkar. Orang tersebut khawatir termasuk orang
yang mengatakan apa yang tidak dia lakukan.
Sa’id bin Jubair
mengatakan, “Jika tidak boleh melakukan amar makruf dan nahi mungkar kecuali orang
yang sempurna niscaya tidak ada satupun orang yang boleh melakukannya.” Ucapan
Sa’id bin Jubair ini dinilai oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat.
(Tafsir Qurthubi, 1/410)
Al-Hasan Al-Bashri
pernah berkata kepada Mutharrif bin Abdillah, “Wahai Mutharrif nasihatilah
teman-temanmu.” Mutharrif mengatakan, “Aku khawatir mengatakan yang tidak ku
lakukan.” Mendengar hal tersebut, Hasan Al-Bashri mengatakan, “Semoga Allah
merahmatimu, siapakah di antara kita yang mengerjakan apa yang dia katakan, sungguh
setan berharap bisa menjebak kalian dengan hal ini sehingga tidak ada seorang
pun yang berani amar makruf nahi mungkar.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)
Al-Hasan Al-Bashri juga
pernah mengatakan, “Wahai sekalian manusia sungguh aku akan memberikan nasihat
kepada kalian padahal aku bukanlah orang yang paling shalih dan yang paling
baik di antara kalian. Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu
mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah. Andai seorang
mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu
mengontrol dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah
orang-orang yang mau mengingatkan.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)
Untuk mengompromikan dua
hal ini, Imam Baihaqi mengatakan, “Sesungguhnya yang tidak tercela itu berlaku
untuk orang yang ketaatannya lebih dominan sedangkan kemaksiatannya
jarang-jarang. Di samping itu, maksiat tersebut pun sudah ditutup dengan
taubat. Sedangkan orang yang dicela adalah orang yang maksiatnya lebih dominan
dan ketaatannya jarang-jarang.” (Al-Jami’ Li Syuabil Iman, 13/256)
Sedangkan Imam Nawawi
mengatakan, “Para ulama menjelaskan orang yang melakukan amar makruf dan nahi
mungkar tidaklah disyaratkan haruslah orang yang sempurna, melaksanakan semua
yang dia perintahkan dan menjauhi semua yang dia larang. Bahkan kewajiban amar
makruf itu tetap ada meski orang tersebut tidak melaksanakan apa yang dia
perintahkan. Demikian pula kewajiban nahi mungkar itu tetap ada meski orangnya
masih mengerjakan apa yang dia larang. Hal ini dikarenakan orang tersebut
memiliki dua kewajiban, pertama memerintah dan melarang diri sendiri, kedua
memerintah dan melarang orang lain. Jika salah satu sudah ditinggalkan
bagaimanakah mungkin hal itu menjadi alasan untuk meninggalkan yang kedua.” (Al-Minhaj,
1/300)
Ibnu Hajar menukil
perkataan sebagian ulama, “Amar makruf itu wajib bagi orang yang mampu
melakukannya dan tidak khawatir adanya bahaya menimpa dirinya meskipun orang
yang melakukan amar makruf tersebut dalam kondisi bermaksiat. Secara umum orang
tersebut tetap mendapatkan pahala karena melaksanakan amar makruf terlebih jika
kata-kata orang tersebut sangat ditaati. Sedangkan dosa yang dia miliki maka
boleh jadi Allah ampuni dan boleh jadi Allah menyiksa karenanya. Adapun orang yang
beranggapan tidak boleh beramar makruf kecuali orang yang tidak memiliki cacat
maka jika yang dia maksudkan bahwa itulah yang ideal maka satu hal yang baik.
Jika tidak maka anggapan tersebut berkonsekuensi menutup pintu amar makruf jika
tidak ada orang yang memenuhi kriteria.” (Fathul Baari, 14/554)
Dengan demikian, tentu kita tidak mau menjadi seperti lilin yang memberikan cahaya untuk orang lain tetapi diri sendiri tidak melakukan. Amat besar kemurkaan Allah pada mereka yang seperti itu. Tak boleh pula kita tidak berdakwah karena belum baik, sebab kedua hal ini: Lisan dan Perbuatan adalah dua hal berbeda yang masing-masingnya akan dimintai pertanggung jawaban.
Semoga Allah menjaga para pengemban dakwah dari berbuat demikian.
(dengan sedikit tambahan)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)
Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,
Demikian pula terdapat dalam hadits. Dari Usamah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘Sungguh dulu aku sering memerintahkan kebaikan namun aku tidak melaksanakannya. Sebaliknya aku juga melarang kemungkaran tapi aku menerjangnya.'” (HR Bukhari dan Muslim)
Sumber: https://muslim.or.id/600-antara-kata-dan-perbuatan.html
Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al
kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)Demikian pula terdapat dalam hadits. Dari Usamah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘Sungguh dulu aku sering memerintahkan kebaikan namun aku tidak melaksanakannya. Sebaliknya aku juga melarang kemungkaran tapi aku menerjangnya.'” (HR Bukhari dan Muslim)
Sumber: https://muslim.or.id/600-antara-kata-dan-perbuatan.html
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)
Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,
Demikian pula terdapat dalam hadits. Dari Usamah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘Sungguh dulu aku sering memerintahkan kebaikan namun aku tidak melaksanakannya. Sebaliknya aku juga melarang kemungkaran tapi aku menerjangnya.'” (HR Bukhari dan Muslim)
Sumber: https://muslim.or.id/600-antara-kata-dan-perbuatan.html
Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al
kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)Demikian pula terdapat dalam hadits. Dari Usamah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘Sungguh dulu aku sering memerintahkan kebaikan namun aku tidak melaksanakannya. Sebaliknya aku juga melarang kemungkaran tapi aku menerjangnya.'” (HR Bukhari dan Muslim)
Sumber: https://muslim.or.id/600-antara-kata-dan-perbuatan.html
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)
Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,
Demikian pula terdapat dalam hadits. Dari Usamah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘Sungguh dulu aku sering memerintahkan kebaikan namun aku tidak melaksanakannya. Sebaliknya aku juga melarang kemungkaran tapi aku menerjangnya.'” (HR Bukhari dan Muslim)
Sumber: https://muslim.or.id/600-antara-kata-dan-perbuatan.html
Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al
kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)Demikian pula terdapat dalam hadits. Dari Usamah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘Sungguh dulu aku sering memerintahkan kebaikan namun aku tidak melaksanakannya. Sebaliknya aku juga melarang kemungkaran tapi aku menerjangnya.'” (HR Bukhari dan Muslim)
Sumber: https://muslim.or.id/600-antara-kata-dan-perbuatan.html
Comments
Post a Comment