Mata ini akan selalu menangis, melihat orang-orang yang
gugur dari jalan perjuangan,
Entah yang gugur karena kerasnya ujian,
atau karena tertipu dengan perhiasan dunia yang melenakan,
Atau gugur karena jasadnya telah berpulang.
Jalan perjuangan memang jalan yang tak mudah,
Jalan ini menggariskan hidup kita penuh dengan kesulitan,
Menghambat dari mana saja, menghalau siapa saja.
Untuk yang tak tahan dengan beratnya perjuangan,
Maka sesungguhnya imannya rapuh dan tak kuat dengan derita,
Padahal derita dijalan Allah juga turut dirasakan oleh
Rasulullah dan para sahabatnya,
Tengoklah bagaimana Yasir menyaksikan nyawa ayah dan ibunya
direnggut karena berpegang teguh pada keimanan.
Rahim Ibu yang melahirkannya ditusuk dengan tombak hingga
menembus daging dan tulang belulang,
Ayah yang telah rapuh dihajar tanpa ampun hingga menyusul
istrinya,
Keduanya tak sudi melontarkan kata pengingkaran kepada
Rabbnya sekalipun hanya dibibir saja, Bukti Iman yang tak tergoyahkan.
Lihat, betapa ternyata dakwah ini membuat kita mesti benar-benar
tunduk pada Tuhan semesta alam,
Meyakini bahwa yang menggenggam nyawa kita hanya Allah,
meyakini bahwa yang memiliki Ibu dan ayah kita juga Allah dan Allah bebas untuk
mengambil keduanya dari kita, bahkan menjadikan keduanya sebagai ujian juga
dalam keistiqomahan.
Mari kita simak kembali pada apa yang menimpa Mus’ab bin
Umair.
Seorang pemuda yang dicintai dan mencintai ibunya. Baktinya kepada
sang ibu sungguh luar biasa.
Akan tetapi ketika keinginan ibu menjadi penghalang bagi keislamannya,
tak ragu ia tinggalkan ibunya.
Surga memang dibawah telapak kaki ibu,
Tapi pemilik surga itu adalah Allah,
Maka seorang pejuang akan menempatkankan urusan lainnya
diurutan kesekian, dan meletakkan Allah dan RasulNya pada urutan pertama.
Dunia memang sungguh membuai dan melenakan,
Tapi ternyata tak jarang, permainan dan senda gurau ini
malah melalaikan para pejuang dari tujuan hidupnya yang utama.
Hidup di alam demokrasi yang sekuler, menuntut banyak hal:
uang, pekerjaan, materi, yang sifatnya hanya sementara.
Pejuang yang terlena dengan pekerjaan, terbuai dengan
permainan, boleh jadi melupakan tujuannya hidup di dunia ini hanyalah untuk
beribadah kepada Allah,
Aktivitas perjuangannya mungkin tak lagi dianggapnya sebagai
kemuliaan hidup,
Ia lupa bahwa ia akan kembali,
Dan harta, pekerjaan, ijasah, teman-teman, materi, itu semua
tidak akan dibawa mati.
Kematian adalah hal yang pasti terjadi.
berjuang atau tidak berjuang pasti mati.
Tetapi kematian manakah yang paling indah?
Mati dalam keadaan berjuang
Atau
Mati dalam keadaan meninggalkan perjuangan?
Mati menggapai Ridha Allah
Atau
Mati tanpa mendapatkan ridla dari Allah???
Semoga kita tetap istiqomah
“Jika kamu
ada di jalan yang benar menuju Allah, berlarilah. Jika itu berat untukmu,
berlari-lari kecil lah. Jika kamu lelah, berjalanlah. Dan jika kamu tidak bisa,
merangkaklah, tapi JANGAN PERNAH berhenti ataupun berbalik arah”
-Imam
Syafi'i
Comments
Post a Comment