Sore itu tak ada secuil firasatku mengganggu di lepas ashar di masjid kampus. Aku khusyu' menekuri mushaf kecilku di pojok masjid, hari ini hari senin, hari yg disunnahkan baginda nabi untuk bepuasa. Beberapa mahasiswi pun kulihat tengah membaca kalamullah.
Meskam (mesjid kampus) masih terlihat ramai, teras masjid juga cukup dipadati beberapa orang yg tengah belajar islam, atau beberapa orang yg tengah berdiskusi tentang perkuliahan mereka, atau beberapa orang yg sejenak melepas lelah sambil duduk-duduk santai. Aku hanya menamatkan qira'ah ku setelah 2 lembar karena teringat akan agenda 'dakwah' yg sudah kuniatkan sejak 'liburan' sekitar seminggu lebih dikarenakan 'perkelahian kecil' yg kembali tersulut.
Namun ketegangan muncul di wajah beberapa orang ketika belum sampai kakiku melangkah melewati gerbang masjid, beberapa mahasiswa berlarian masuk ke dalam masjid. Terdengar teriakan dr pak satpam, "masuk semua! Jangan keluar dulu!?".
Tak mengerti apa yg terjadi, aku hanya berdiri di depan pagar dan menunggu penjelasan dr apa yg akan kulihat.
"masuk,zah! Kau tak lihat orang2 berlarian? Tawuran terjadi lagi!", teriak salah seorang kakak senior yg menyuruhku untuk berlindung ke dalam masjid.
Rasa syok dan heran bercampur aduk seketika. "masak iya tawuran lg. Baru juga masuk karena seminggu yg lalu kampus diliburkan u/ meredam bentrok dkampus." batinku.
Rasa penasaran mengalahkan rasa takutku. Sudah 2 kali kudengar kabar mahasiswa 2 fakultas saling baku hantam bahkan hingga berdampak pd tewasnya korban, tetapi ini kali pertama pergulatan ini kusaksikan secara live. Jd aku menunggu kejadian apa yg bakal dilihat oleh kedua mataku. Tetapi detik berikut.y sebuah tangan terjulur untuk menarikku ke teras masjid.
"bahaya,zah. Jangan sampai ada celurit nyasar mengenai lehermu. Berlindung disini saja." ucap kak yaya, salah satu anggota di ldk fosdik jg.
"baiklah, sy tak mau jd korban di pertempuran kali ini". Dan jadilah saya beserta beberapa mahasiswi lain menjadi penonton...
Meskam (mesjid kampus) masih terlihat ramai, teras masjid juga cukup dipadati beberapa orang yg tengah belajar islam, atau beberapa orang yg tengah berdiskusi tentang perkuliahan mereka, atau beberapa orang yg sejenak melepas lelah sambil duduk-duduk santai. Aku hanya menamatkan qira'ah ku setelah 2 lembar karena teringat akan agenda 'dakwah' yg sudah kuniatkan sejak 'liburan' sekitar seminggu lebih dikarenakan 'perkelahian kecil' yg kembali tersulut.
Namun ketegangan muncul di wajah beberapa orang ketika belum sampai kakiku melangkah melewati gerbang masjid, beberapa mahasiswa berlarian masuk ke dalam masjid. Terdengar teriakan dr pak satpam, "masuk semua! Jangan keluar dulu!?".
Tak mengerti apa yg terjadi, aku hanya berdiri di depan pagar dan menunggu penjelasan dr apa yg akan kulihat.
"masuk,zah! Kau tak lihat orang2 berlarian? Tawuran terjadi lagi!", teriak salah seorang kakak senior yg menyuruhku untuk berlindung ke dalam masjid.
Rasa syok dan heran bercampur aduk seketika. "masak iya tawuran lg. Baru juga masuk karena seminggu yg lalu kampus diliburkan u/ meredam bentrok dkampus." batinku.
Rasa penasaran mengalahkan rasa takutku. Sudah 2 kali kudengar kabar mahasiswa 2 fakultas saling baku hantam bahkan hingga berdampak pd tewasnya korban, tetapi ini kali pertama pergulatan ini kusaksikan secara live. Jd aku menunggu kejadian apa yg bakal dilihat oleh kedua mataku. Tetapi detik berikut.y sebuah tangan terjulur untuk menarikku ke teras masjid.
"bahaya,zah. Jangan sampai ada celurit nyasar mengenai lehermu. Berlindung disini saja." ucap kak yaya, salah satu anggota di ldk fosdik jg.
"baiklah, sy tak mau jd korban di pertempuran kali ini". Dan jadilah saya beserta beberapa mahasiswi lain menjadi penonton...
Beberapa wajah yang amat ku kenali menatap nanar aksi tawuran dari dalam jendela masjid. Nampak jelas wajah ‘pengungsi-pengungsi ini’ penasaran sekaligus ketakutan dengan apa yang mereka saksikan di luar.
Aku menatap tiap adegan demi adegan pertarungan dua kubu yang melawan dengan beringas, menyerang fakultas tetangga tanpa ampun.
Lemparan-lemparan batu menyasar atap masjid. Aku menyaksikan kejadian ‘yang sudah turun temurun’ ini baru secara langsung. Tak ada yang berani keluar dan melarai. Petugas kepolisian yang diharapkan tak kunjung datang.
Aku menyaksikan mereka melontarkan batu, menghunuskan celurit, berharap jatuh korban dari pihak lawan.
Mataku panas menatap mereka. Amarahku juga turut bergejolak. “mahasiswa kah mereka? Mereka kah orang-orang yang mengaku terdidik? Tak sadarkah mereka bahwa yang mereka serang adalah saudara mereka satu aqidah? Lupakah mereka pada dua nyawa ‘kaum muslim’ yang melawan pasca bentrok 2012 kemaren? Apa mereka akan merasa puas setelah ada yang mati lagi?”
Ingin rasanya kuteriakkan pertanyaan-pertanyaan itu kepada mereka. Harusnya tenaga mereka tak mereka sia-siakan untuk memangsa sesama saudara mereka sendiri. Kita punya musuh yang lebih wajib untuk kita perangi bersama.
Lalu,”boom!?” terdengar bunyi bom molotof di samping masjid.
“berlindung ke dalam masjid! Masuk semua! Masuk!” ku dengar seseorang berteriak.
Aku segera meringkuk di pojok masjid sembari berharap bahwa masjid tak diserang juga. Lalu bunyi letusan terdengar lagi. Tangis wanita tak berkerudung pecah. Berteriak melengking, rupanya ia anak seni. Ia menyaksikan dari jauh, temannya tertangkap pihak teknik dan dihabisi tanpa ampun..
Aku yakin setan kali ini sedang tertawa lebar. Puas telah membuat sesama muslim saling menghunuskan pedang.
Lalu kulihat asap hitam pekat mengepul dari kejauhan. “apa yang sedang dibakar mereka?”batinku khawatir.
Tak lama rombongan brimob datang memecah peperangan. Orang-orang lari tunggang langgang. Para brimob ini disoraki mahasiswa yang merasa lega, bak pahlawan datang kesiangan. “Telat pak... “ keluh temanku sambil mengusap air matanya.
Selasa, selepas bentrok kemarin
Bestra (bengkel sastra) di fakultas bahasa rupanya yang dibakar kemarin. Beberapa anak bahasa mengelilingi bestra sembari meletakkan bunga duka atas kepergiannya.
Pasca tawuran ini, sektor UNM parang tambung dijaga ketat oleh satuan keamanan brimob, hingga akhirnya berpangkal pada pembuatan sekret mereka di ujung DH fakultas bahasa dan sastra. Yang kini keberadaannya menjadi prokontra di wilayah kampus.
Apakah tindak kejahatan dan perkelahian di kampus berhenti sampai disini? Apakah ini adalah solusi tuntas dari permasalahan yang terjadi?
LDK Fosdik Al-’umdah selaku lembaga dakwah yang ada di kampus UNM parangtambung telah mengupas permasalah ini beserta dengan solusinya dalam OPGAM (opini gambar) dan telah terpajang pada madink2 yang ada di kampus partam.
Semoga bisa dibaca dan menjadi bahan perenungan teman-teman sekalian.
Comments
Post a Comment