Skip to main content

Posts

Showing posts from 2013

Apa Kabar Teman Lama

apa kabar? lama aku tak bersua dengan mu. Maya pun tidak. aku merindukan mu. sahabat lama yang dulu sempat ku miliki. bagaimana dengan mu? sederet nama pasti telah mengisi list penggantiku. aku telah menjadi orang asing bagimu. begitupun dengan ku. tapi tidak dengan kenangan. mengingatnya, seperti menonton film. dan hey! aku dan kau pemerannya disitu. kau berakting sangat baik. kurasa kau berbakat. dan tanya ku sekarang, apakah yang ku jalani ini adalah sebuah film? siapa sutradaranya? kau atau aku? jika aku sutradaranya, aku ingin menjabat tanganmu sekali lagi, dan meminta, "maukah kau jadi sahabatku, lagi?" bagaimana dengan mu?? Saudaramu. 

Ruang Kebebasan Ku

aku tahu, ini ruang kebebasanku. tapi aku tak mau berlagak seperti pekerja seni yang mengatas namakan kebebasan untuk seni. melegalkan tari tanpa busana atas nama seni.itu salah melegalkan lukisan telanjang atas nama seni. itu keliru mengizinkan karikatur nabi atas nama seni. itu justru penghinaan. akupun penikmat seni. tapi tidak untuk seni mempertontonkan aurat. tidak untuk seni yang memancing syahwat dan berpolah maksiat. kalian katakan aku tak bebas? kalian salah. aku sangat bebas, bebas memilih sesukaku, bebas tidak mendengar bisikan syaitan itu, bebas untuk berseni sesuai aturan Tuhanku. Syari'at bukanlah prinsip hidup yang setiap orang diberi kebebasan untuk memilih atau tidak memilih. Syari'at adalah keharusan yang dengannya engkau hidup. terasa seperti terkekang, ya? begitulah. kau berislam, maka ibarat hidupmu seperti dipenjara. dunia dengan segala kemewahannya biarlah dicaplok habis oleh orang kafir. hanya satu aturan yang musti kau jaga. Syar

Fatimah anak ummi

                Masih sepertiga malam. Aku kembali menyapa sajadah dan mukena yang terlipat rapi di atas meja serta dinginnya air keran yang menyentuh permukaan kulit. Senyap. Tetapi senyap yang menenangkan. Dimana kesendirian tak menjadi menyesakkan. Ya, hanya sepertiga malam ini kesepian menjadi teman akrab yang menentramkan. Hanya di sepertiga malam terakhir sebelum fajar: kesempatan tuk berdua bersama Tuhan.                 Fatimah terjaga ketika mukena dan sajadah telah terlipat kembali. Tepat saat aku hendak memasak lauk-pauk tuk didagangkan pagi harinya.                 “ummi…”, terdengar rengekan dari Fatimah kecil                 “Assalamu’alaikum, anak ummi sudah bangun tapi kok nggak beri salam?” ucapku dari arah dapur.                 “huuuhu… ummi jahat….”, Fatimah mengeraskan tangisannya.                 Aku bergegas menuju ke kamar.                 “lho, kok ummi dibilang jahat? Memangnya ummi salah apa?” tanyaku.                 “ummi jahat karena ummi

Ayah

Ayah, bagaimana jikalau seandainya kehidupan ini sandiwara belaka? Bumi ini hanyalah seperti panggung tempat pementasan drama, Dan kita memainkan lakon didalamnya. Tentu saja kau sebagai ayahku, dan aku adalah anakmu. Ayah, jikalau seandainya kita hanya pemain sandiwara, Maka penonton pasti tak sudi melihat kita, Ayah, sebuah nama yang disandangkan untukmu, Dan aku harus menyebutmu begitu, Anak, sebuah tokoh yang diperankan olehku, Dan kau harus menganggapku begitu. TAKDIR, inilah judul sandiwara yang kita mainkan. Tetapi yah, kau tak pantas memainkan peran itu. Tidak, aku salah, bukan tak pantas, hanya saja kau belum terlalu mahir. Berlakulah yang pantas dipanggung ini, Agar penonton tak ada yang pulang. Ayah, mungkinkah kau ingin segera akhiri sandiwara ini? Agar kau bisa menjadi seperti yang kau ingini, Seperti burung yang lepas dan terbang bebas di udara. Tetapi sayangnya, panggung ini bukan langit. Ayah, tirai ini ditutup, adalah seb