Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2014

Saya Paham perasaan itu

Saya paham perasaan apa itu. Perasaan yang menyebabkan Amrozi dan kawan-kawannya melemparkan peledak ke tengah orang-orang maksiat di Bali. Perasaan yang sama yang menyebabkan FPI tak tahan untuk segera bertindak menutup lokalisasi, gang-gank maksiat, dan mencegah munkar. Perasaan para pemuda muslim Belanda, Jerman, dari berbagai penjuru mengutus diri mereka sendiri menuju lapangan jihad di Palestina dan Suriah. Perasaan yang menuntun langkah para pemuda Indonesia mengadakan seminar-seminar yang menggelorakan langkah perubahan fundamental. Perasaan itu adalah perasaan ingin mengubah. Perasaan yang sudah muak dengan kekejian dan kemunafikan dunia. Marah, jijik, kecewa, berontak,... Perasaan itu hadir tatkala matamu sudah merah melihat mayat-mayat bergelimpangan di Gaza, Rafah, Suriah, Myanmar, China.... manusia-manusia yang meninggal hanya karena megakui bahwa tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah dan pengakuan bahwa Muhammad adalah Rasulullah dan Na

berdiri di podium Dunia

Aku ingin berdiri di podium dunia, Berbicara lantang, mengalahkan rasa takutku yang besar, Aku ingin berdiri di podium dunia, Meneriaki kebenaran, mempecundangi rasa was-wasku Aku ingin menangis sekras-kerasnya, agar dunia tahu, Betapa kebenaran ini menyesakkan kerongkonganku, Aku ingin mereka mendengar apa yang ku anggap benar, Aku ingin mereka paham sebagaimana pahamnya aku, Aku ingin mereka marah sebagimana marahnya aku, Aku ingin mereka tergerak sebagaimana tergeraknya aku. Maafkan aku jika belum terdengar suaraku, Aku masih bergelut dengan rasa takutku yang besar, Aku ingin teriak, aku ingin bicara lantang, Aku ingin mengatakan kebenaran dan tak perlu sedikitpun minder karenanya. Sebab bukan saatnya untuk diam di masa sekarang! Bicaralah sebanyak-banyaknya, Menulislah sepanjang-panjangnya. Sulutkan api revolusi, Kobarkan panas pembebasan, Maju, bergerak, bicara, teriak, “kita butuh revolusi islam”

lagi, tentang rindu

rindu menenggak habis semua diskusi, melumpuhkan semua ilusi, bahkan gapai-gapai wajah yang kerap tergambar dalam ingatan, semua lebur ketika rindu angkat suara rindu datang kala waktu sedang tak kompromi, rindu datang dan tak mau memberi ruang kosong untuk setetes saja air mata, rindu datang ketika kepala sudah lelah tegak, rindu datang ketika jiwa tak sanggup mengelak mengapa kau datang tanpa kuundang, rindu? aku pun tak punya kuasa melarang waktu berlalu agar abadi kita di jeda tak ada rindu. rindu memupuk takwa dalam derai-derai air mata mengadu kepadaNya, aku tahu beberapa rindu, aku juga perindu, tapi semoga bisik lirihku pada malam sunyi, mengantarkan wajahku pada sosok yang dirindu. rindu, tak mengapa kau datang lagi padaku, lain kali jika kita bertemu, kan kusampaikan bahwa aku sedang rindu, agar mereka yang kurindu tak melupakanku, agar mereka pun rindu pada ku...

Lupa baka

Kamu berdiri di undakan tertinggi Tempat semua mata hanya bisa menoleh ke atas Dan merasa iri dengan siapa saja yang bertahtakan emas Banggamu setimpal usahamu Setelah seribu tangga yang berat Setelah seribu terjal menghempas Berkali-kali jatuh,  berkali-kali pula bangkit Dunia digenggam mu Setelah kerja keras semua terbayar lunas Mudah dunia takhluk di hadapmu Memuja semua yang punya kuasa Mengiba pada uang yang meraja Dan kau adalah pawangnya Lupa bahwa segalanya hanya sementara Tertinggal dibelakang setelah nyawa mengembara Ke alam baka Makassar, 19 mei 2014